Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pembaca Buku dalam Lingkungan Gamers

14 Agustus 2020   21:30 Diperbarui: 14 Agustus 2020   21:24 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada lingkungan akademis, kelompok yang tak terlalu minat membaca buku sering di sebut kaum hedonis, sedang familiarnya pembaca buku ialah aktivis. Padahal, makana aktivitas tidak selalu seorang pembaca berat.

Mereka dalam lingkaran para Gamers

Belakangan,wajah itu berubah. Para pembaca buku berat dihadapkan dengan kondisi dimana hanya dua atau 3 orang yang benar-benar sepaham. Untuk membentuk komunitas sendiri sangatlah sulit, sehingga mau tak mau mereka terjamah oleh lingkungan gamers.

Niat mulia untuk membentuk kelompok-kelompok kajian dan diskusi nampak nihil. Bahkan, sore tadi ketika ada seorang anggota group men-share informasi dari kelurahan tentang dana hibah untuk membentuk pebisnis muda juga di tanggapi dengan nyeleh. Dan, diinstruksikan masuk ke lobby, sebuah kode jika ingin mengundang teman main bersama (mabar)

Alhasil, tak ada perdebatan dan diskusi ilmiah yang tersaji. sedikit saja dilemparkan isu nasional atau kedaeraan sejurus kemudian pasti ada suara-suara sumbang. " sudah-sudah, diskusi apa juga".

Pada akhirnya yang terbentuk ialah kelemahan intelektual dan masa bodoh pada perkembangam sosial, ekonomi dan politik.


Keadaan ini mau tak mau akan disesuaikan oleh mereka yang hobi membaca buku dengan pola yang semakin hari semakin berubah. Yakni, meninggalkan kenikmatan membaca dan mengejar peringkat teratas dalam game.

Walaupun ada sisi positif dalam berkelompoknya anak-anak yang hobi gamers seperti kegiatan sosial yang gencar dilakukan akan tetapi karakter diri yang tertempa dengan berbeda. Solidaritas tentu saja kuat tapi kuantitas patut di pertanyakan.

Belakangan berkembang masuknya para pembaca buku ke lingkungan game sangat pesat. Sehingga, mematikan tajamnya motorik analisis yang dimiliki. Saya sendiri sering berada diantara mereka namun memilih cepat-cepat keluar dari lingkaran tersebut. 

Lantas bagimana nasib SDM kita kedepan jika buku sudah tak lagi menjadi minat? tentu saja ada kekalahan di sisi yang lain. Bagi saya ada pilihan bagi mereka untuk memutuskan dan bersikap dalam lingkungan sosial baru tersebut. Bisa bersikap dengan mengakomodir keduanya atau memilih salah satu. Yang pasti jika terlanjur kecanduan maka jangankan membaca melihat buku saja sudah ngantuk. Sukur Dofu-Dofu (Terima Kasih)*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun