Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang Timur dan Aneka Ragam Stigma

30 Juli 2020   00:53 Diperbarui: 31 Juli 2020   03:40 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya dan Agus bertemana lebih dari sebulan. Dan, saat kami terlibat diskusi tentang pembangunan papua, setiap itu juga penguni kosan tak berani lewat di depan kami. Entah apa masalahnya, kami tak tau pasti. Sebab, kami tak pernah berbuat onar.

Ia mengakui sering kena buly bahkan pelecehan. Kadang di kereta, kampus kadang juga di Bogor sendiri. Hal-hal seperti itu kadang membuat ia sendiri frustasi karena pelabelan-pelabelan yang ia sendiri mau tak mau harus di terima.

Pertemanan kami terhitung sebulan lebih. Saya kemudian memutuskan untuk ke Kediri Jawa Timur. Lebih tepatnya kampung Inggris Pare. Ini lantaran Perkuliahan baru di mulai pada Bulan September. Hitung-hitung mengisi waktu yang produktif. Apalagi, bahasa inggris menjadi kendala kami dari timur. Wong pas waktu sekolah saja jam bahasa inggris kami loncat jendela. hehe

Saat perkuliahan pada September silam, saya mengingat begitu sulit membangun relasi dan pertemanan dengan teman-teman kelas dan mahasiswa lain. Beberapa kelompok pertemanan yang terkotak-kotak di kelas menjadi ajang penceburan diri. Minimal agar di terima di kalangan mereka. 

Sebelum akhirnya menemukan kelompok yang pas. Kelompok yang suka ngudut walaupun ada larangan merokok di kampus dan diskusi-diskusi receh. Bahkan sampai sekarang pertalian pertemanan menjadi kuat dan sering menanyakan kabar satu dengan yang lain.

Walaupun demikian, stigma dan bulyian tak terbentung. Saya dan beberapa teman dari Aceh yang jidatnya hitam selalu kena getahnya. Tapi, bagi saya sendiri tidak masalah. Selama itu hanya merugikan saya sendiri dan tidak merugikan orang lain maka itu pantas di terima. Wong saya benar berkulit gelap. Toh, bagiku itu candaan para sahabat. 

Belakangan setelah bersahabat lama dan tau semua seluk beluk pada diri masing-masing, mereka jadi terbuka. 

"Bang Fauji, saya jujur aja ya. Waktu semester 1 saya memilih menjauh dari abang. Bukan apa-apa bang, mungkin penilaian saya waktu itu berbeda dengan saat ini. Waktu itu saya menilai bang Fauji emosinya tak stabil. Saya takut kenapa-napa. Apalagi stigma buruk dari media yang terpola di pikiran," Jelasnya panjang lebar ketika kami sedang ngopi di salah satu parkiran kampus.

" Oalah pak, tidak semua yang di ketahui tentang orang timur itu seperti tergambar di media pak apalagi membentuk minsed," Sambil ketawa saya menjawab.

" Iya bang, saya jujur ada rada-rada ngeri awalnya. Tapi berteman dengan abang sudah membuang stigma itu jauh,". Ujarnya kemudian.

Saya tak mempersoalkan semua itu. Sebab bagi saya wajar jika mereka agak " Takut". Mungkin framing media yang hanya menampilkan kekerasan dan keonaran orang timur yang telalu masif sehingga timbul minset yang negatif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun