"Lantunan Adzan Subuh menggema di telinganya, sekejap ia mengemas kembali sejarah kelam perjalanan hidup mengikuti mentari yang siap melaksanakan tugas."
______ ____Â
Pagi menjemput. Ilang-ilang yang basah karena embun berlahan mengering. Sinar mentari tampak tegas memposisikan diri. Sedang, disudut sempit ini, dia masih terpanah mengawali pagi tanpa tidur.
Dikota ini, raungan-raungan knalpot bisa terdengar seperti lantunan fredy mercury yang tanpa komando, kompak dinyanyikan. Tak ada kesunyian, selain dirinya yang nampak murung menatap layar kaca handphonenya.
"Aku baru tau, sifat burukmu ini dan aku sangat kecewa" pesan singkat ini menambah deretan keburukan yang telah ia lalui pada sisa hidupnya.
"Tidakkah kau lihat, bagaimana diriku mengujimu?aku lebih siap mengenalkan keburukanku padamu, ketimbang merayumu dengan kebaikan-kebaikan yang menjadi senjata para pria sok keren dibelahan bumi ini?" Balasnya penuh penjelasan
"Tidak, yang kau lakukan bukanlah pengujian, tetapi lebih menunjukan diri pada siapa dirimu, dan dari mana asalmu"Â
Tak ada penjelasan lagi setelah pesan itu. Roy kemudian bergegas menyulut rokok yang sedari tadi dia bakar. Menghisap dalam, kemudian menghempaskan ke langit-langit kamar sembari bergumam " ini salahku".
****
Roy..ayo bangun, kita ke kebun...sapa wanita tua di ruang tamu.
Iya nek....