Mohon tunggu...
Nanda AP
Nanda AP Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca Musiman

Ars Longa, Vita Brevis~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Sopir Sampai menjadi Bupati

15 April 2018   23:11 Diperbarui: 15 April 2018   23:49 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bumi akan kering tanpa hujan, begitu Juga dengan hidup tidaklah lengkap tanpa tujuan. Hidup di dunia ini tidak lepas dari sebuah kata " TAKDIR". Setiap individu yang terlahir di dunia ini sudah memiliki takdirnya masing-masing, akankah ditakdirkan menjadi orang yang sukses, gagal, kaya, miskin dan sebagainya.

Takdir merupakan sebuah misteri dalam kehidupan ini, kita tidak akan tahu sampai dewasa nanti. Allah telah menuliskan skenario yang tidak terduga untuk makhluk ciptaanya. Dalam mejalani takdirnya setiap orang berbeda-beda ada yang melalui jalan yang mudah atau sebaliknya.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri"(Ar-Ra'd/13:11)

Potongan arti dari ayat Al-quran diatas menunjukan kekuasaan Allah sangat luas dan menunjukan bahwasanya hanya DIA yang dapat mengubah takdir suatu kaum atau umat.

Salah satu kisah yang sangat inspiratif datang dari bapak Indartato. Beliau lahir di Ponorogo dari pasangan Sudarmanto dan istrinya Kasiati. Keluarganya lalu pindah ke Ngadirojo. Orang tuanya yang berpenghasilan pas-pasan, sehingga masa kecilnya sangat sederhana. Ia memiliki cita-cita sederhana yaitu menjadi sopir. Karena pada saat itu ia menilai bahwa sopir adalah pekerjaan yang menjanjikan. Dimana orang desa hanya dapat makan tiwul sebagai menu keseharian, akan tetapi para sopir dapan makan nasi putih di warung.

Nasib baik berpihak padanya. Berbekal ijazah SMA, pada tahun 1975 Indartato menjadi tenaga harian tetap dengan posisi sebagai sopir bupati yang saat itu dijabat Mohammad Kusnan. Pada tahun 1978 Indartato mendapat kesempatan belajar di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri. Ia mengawali karier sebagai camat Pringkuku. Setelah berpindah-pindah tempat kerja dan terakhir ia menjadi Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan sampai pensiun tahun 2010

Kemudian Indartato maju bersama pasanganya (alm) Prayitno berhasil memenangkan pilkada pacitan dengan meraih 186.590 (65,48 pesen). Pasangan ini mengalahkan pasangan Aziz Ahmadi Mardiyanto.

Selama masa kepemimpinanya sejak tahun 2011 lalu, dikenal masyarakat melalui program Grindulu Mapan, yakni program pemberdayaan ekonomi masyarakat pacitan. Program ini kemudian diejawantakan Indartato melalui salah satu agenda rutin, yaitu tilik desa.

Dari  sebuah kisah nyata diatas kita dapat memetik suatu hikmah bahwa takdir seseorang telah ditentukan oleh Allah. DIA telah menuliskan sebuah cerita yang dapat menginspirasi kita untuk lebih semangat dalam menjalani hidup. Meskipun kita terlahir dari keluarga yang kekurangan bukan berarti harus menyerah dalam hidup ini. Kita mengetahui bahwa bapak Indartato yang awalnya hanya orang biasa saja sampai beliau bisa menjadi orang nomer satu di kota Pacitan.

Istiqomah, semangat dan pantang menyerah merupakan kunci kesuksesan untuk menghadapi tantangan berat yang menghadang di depan.

Semoga bermanfaat dan terimakasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun