Mohon tunggu...
Ogie Urvil
Ogie Urvil Mohon Tunggu... Wiraswasta - CreativePreneur, Lecturer

Orang biasa yang banyak keponya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Negotiating with Our Dream..

29 Agustus 2014   23:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:09 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1409303284858467002

Dulu saya inget banget waktu masih kuliah sarjana, makan nasi goreng di kantin kampus, seorang teman ngomong gini ke saya: “Mimpi jangan tinggi2 deh, ntar jatohnya sakit loh..”

Mungkin sekarang ini juga ada orang2 yang memilih untuk menggunakan sudut pandang ini untuk melihat impian2nya sendiri  (kalo emang punya mimpi loh ya..). Sayangnya, saya sama sekali nggak bisa inget gimana respon saya saat dulu temen saya ngomong gitu ke saya.. Apakah saat itu saya langsung nyengir aja, atau membenarkan pernyataan dia, atau menolak, atau senyum asem, atau reflek bilang WOW gitu !!..

Karena saat itu masih muda, dan seperti pemuda pada umumnya, selalu ada masa2 terjangkit penyakit galau. Kalau sekarang ada orang ngomong begitu ke saya, respon saya pasti akan berbeda. Saya kurang sependapat sama saran “mimpi tuh jangan tinggi-tinggi”. Karena sebuah mimpi atau target itu bisa dibilang “tetap”, sedangkan kemampuan atau skill kita bisa bertambah dan berkembang. Jika merujuk ke pernyataan teman saya tadi, dia berarti memilih untuk bernegosiasi dengan ketinggian mimpinya. Alias, daripada dia mimpi tinggi2 terus jatoh, sakit pulak, jadi mending dia menurunkan ketinggian mimpinya, jadi kalo jatoh nggak sakit.

Meski nggak ada parameter yang spesifik untuk menentukan tingkat ketinggian mimpi seseorang, tapi banyak fakta yang menunjukkan kalo orang2 sukses yang besar2 itu mimpinya pasti tinggi2.. Kita sudah liat sendiri gimana itu mimpi besar orang2 pengubah dunia seperti Bill Gates dan Steve Jobs.. Tokoh2 sukses “lokal” pun seperti Ippho santosa, Mario Teguh, dan lain sebagainya juga berhasil membuktikan bahwa mimpi yang berlandaskan tindakan itu sangat mungkin untuk diraih.

Jadi, karena saya menganut paham “kepantasan”. Kenapa nggak memilih untuk bernegosiasi dengan upaya (termasuk peningkatan & pengembangan skill..) ?? Jadi, jangan mimpinya yang dikecilkan, tapi bernegosiasilah dengan kepantasan upaya.. Kalo mimpi saya setinggi langit, berarti saya mesti mengeluarkan resources yang pantas pula untuk meraih mimpi saya yang setinggi langit itu. Apapun dan gimanapun caranya yang penting halal. Sederhananya, semakin besar mimpi seseorang, semakin besar upaya yang harus dikerahkannya untuk mencapai mimpi tersebut.

Bruce Lee bilang: “Jadilah pemimpi yang dilandasi oleh tindakan nyata.” Dia juga meneruskan: “A goal is not always meant to be reached, it often serves simply as something to aim at..”

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun