Karena gejolak politik di wilayah kekuasaan Dinasti Samaniyah, Ibnu Sina harus berpindah-pindah tempat. Ia sempat menjadi menteri dan dokter istana di beberapa kota seperti Rayy, Hamadzan, dan Isfahan. Meski sibuk dengan urusan politik dan administrasi, ia tetap menulis dan mengajar. Ibnu Sina wafat pada tahun 1037 M (428 H) dalam usia 57 tahun di Hamadzan, Persia (sekarang Iran). Ia dimakamkan di sana, dan makamnya masih dapat dikunjungi hingga kini.
Ibnu Sina dikenang sebagai "Bapak Kedokteran Modern" di dunia Islam dan Eropa. Beberapa pencapaian pentingnya antara lain:
1. Sistematisasi ilmu kedokteran dan diagnosis penyakit.
2. Penggunaan eksperimen klinis dan observasi dalam ilmu kesehatan.
3. Kontribusi dalam logika, metafisika, psikologi, dan astronomi.
Pemikirannya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan mempengaruhi universitas-universitas di Eropa selama Abad Pertengahan. Bahkan, Canon of Medicine dicetak sebanyak 15 kali sebelum tahun 1500 di Eropa.
Ibnu Sina adalah bukti nyata kejayaan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam. Ia merupakan simbol dari hubungan harmonis antara iman dan akal, antara wahyu dan rasio. Hingga kini, namanya tetap abadi sebagai inspirasi bagi para ilmuwan, filosof, dan dokter di seluruh dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI