Kehidupan perkuliahan sering diidentikkan dengan aktivitas yang terdapat di lingkungan kampus maupun luar kampus. Ketika duduk di bangku perkuliahan mahasiswa akan tidak asing dengan aktivitas akademik seperti jadwal kuliah yang padat, dituntut berpikir kritis, belajar mandiri, tugas yang bervariasi dan lain-lain. Tidak hanya itu, mahasiswa juga harus bisa  mengembangkan soft skill dan hard skill serta belajar merancang karir impian, hal tersebut bisa didapatkan dengan mengikuti organisasi atau bimbingan di luar kampus. Dengan adanya berbagai aktivitas mengharuskan mahasiswa pandai dalam mengatur waktu. Namun, seringkali berbagai kegiatan tersebut membuat mahasiswa kelelahan dan jenuh.
Menurut Ayala Pines dan Elliot Aronso (dalam Rahman, 2007) burnout merupakan keadaan emosional seseorang ketika mengalami kelelahan secara fisik dan jemu dampak tuntutan tugas yang meningkat. Seseorang yang mengalami burnout akan merasa putus asa, tidak memiliki semangat, kehilangan minat pekerjaan atau aktivitas yang disenangi, kehilangan motivasi dan tidak berdaya, perubahan emosional diri seperti mudah marah dan tersinggung, dan lain sebagainya.Â
Ada beberapa penyebab terjadinya burnout yaitu:
1. Konsep diri
Orang dengan harga diri atau konsep diri tinggi lebih rentan terhadap stres dan lebih mungkin untuk mempertahankan rasa pencapaian pribadi ketika belajar di bawah tekanan. Mereka akan berekspetasi tinggi dengan hasil yang dicapai karena merasa perjuangan untuk menyelesaikan tugas juga besar. Ketika hasilnya tidak sesuai dengan harapan akan merasa kecewa dan putus asa. Namun, burnout dapat terjadi pada orang yang memiliki konsep diri rendah karena merasa tidak percaya diri untuk menyelesaikan suatu tugas atau kegiatan dan menganggap sebagai beban yang berakhir dengan pasrah. Mereka lebih memikirkan kegagalan yang terjadi.
2. Kurang dukungan dari lingkungan sosial
Dukungan sosial yang suportif dari seseorang bisa membantu mahasiswa mengatasi burnout. Jika mahasiswa tidak memiliki orang lain yang bisa membantu, memberi nasihat, menjadi tempat curhat, memberi perhatian langsung, memberikan dukungan emosional seperti menemani disituasi sulit dan menghargai yang dilakukan, mahasiswa akan merasa tidak ada yang peduli dan kesepian akhirnya sulit keluar dari situasi burnout.
3. Beban tugas atau aktivitas yang berlebihan
Aktivitas mahasiswa tidak hanya akademik saja tetapi organisasi, bimbingan skill, pekerjaan rumah dan kegiatan sosial lainnya. Seseorang dituntut untuk bisa menyelesaikan persoalan dengan waktu dan tenaga yang terbatas. Seringkali seseorang melakukan beberapa pekerjaan sekaligus atau disebut multi tasking.
4. Kurang kontrol
Aktivitas yang berlebihan membuat seseorang bingung untuk mengerjakan pekerjaan mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Seringkali kebingungan karena semua tugas memiliki tingkat nilai kepentingan yang sama. Akhirnya mahasiswa mengalami cemas jika tidak selesai tepat waktu.