Mohon tunggu...
Moh. Robith Kholili
Moh. Robith Kholili Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. NIM: 24107030093

suka mengaji dan tidak ramah

Selanjutnya

Tutup

Bola

Timnas Naik 7 Peringkat FIFA: Bukan Sekedar Angka, Ini Harga Diri Bangsa!

9 Juni 2025   13:07 Diperbarui: 9 Juni 2025   13:07 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: ChatGPT

Kemenangan Timnas Indonesia atas China dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 bukan cuma soal tiga poin. Bagi para pecinta sepak bola tanah air---dan lebih luas lagi, rakyat Indonesia kemenangan ini adalah bentuk kebangkitan, sebuah pembuktian bahwa kita bukan lagi tim pelengkap dalam kompetisi dunia. Dan yang lebih mengejutkan, hasil ini membuat Indonesia berpeluang naik tujuh tingkat dalam ranking FIFA, dari peringkat 133 menjadi 116. Bukan angka sembarangan. Angka ini mencerminkan kerja keras bertahun-tahun dan gairah rakyat yang tak pernah padam.

Mungkin sebagian orang menganggap ranking FIFA hanya sekadar statistik. Tapi bagi bangsa yang selama ini sering dipandang sebelah mata di kancah sepak bola internasional, ini adalah simbol bahwa kita sedang melangkah ke arah yang benar. Ranking FIFA memang bukan segalanya, tapi dari sanalah dunia melihat kita. Tim dengan ranking lebih tinggi akan lebih diperhitungkan, lebih dihormati, dan lebih berpeluang menjadi tuan rumah dalam pertandingan besar. Dan lebih dari itu, ranking adalah cermin dari konsistensi dan kualitas. Jadi, ketika Indonesia naik tujuh peringkat dalam semalam, ada kebanggaan nasional yang ikut naik bersamanya.

Yang membuat pencapaian ini makin manis adalah konteksnya. Kita tidak menang dari tim lemah. Kita mengalahkan China, negara besar dengan infrastruktur sepak bola yang jauh lebih maju. Gol tunggal Thom Haye pemain naturalisasi yang belum lama berseragam merah putih menjadi saksi bahwa Indonesia kini punya kualitas, bukan hanya semangat. Bahwa kemenangan bisa dicapai bukan karena keberuntungan, tapi karena strategi yang matang dan eksekusi yang presisi. Penampilan gemilang Ernando di bawah mistar juga jadi bukti bahwa pemain lokal pun bisa bersinar di level tinggi.

Naiknya peringkat ini tak lepas dari tangan dingin Shin Tae-yong. Pelatih asal Korea Selatan itu datang di masa Indonesia porak-poranda usai dihantam pandemi dan prestasi buruk. Tapi ia tetap bertahan. Ia menyusun ulang fondasi, menanamkan filosofi bermain modern, dan dengan sabar membentuk generasi baru. Apa yang kita lihat hari ini adalah hasil dari proses panjang  yang kadang membuat kita tidak sabar, tapi kini membuahkan hasil yang patut dibanggakan.

Ranking 116 bukan akhir, tentu saja. Tapi ini batu loncatan besar. Menurut situs perhitungan live ranking FIFA, kemenangan atas China memberikan Indonesia tambahan 19,27 poin FIFA, dan membuat kita menyalip negara-negara seperti Liberia, India, dan Mozambique. Dengan laga melawan Jepang yang akan datang, hasil apapun bisa berdampak signifikan terhadap posisi kita berikutnya. Jika menang meski sangat sulit peringkat kita bisa menembus 110 besar. Tapi andai kalah pun, kita tetap ada di jalur peningkatan.

Yang menarik, peningkatan ranking ini terjadi di saat animo publik terhadap sepak bola sedang tinggi-tingginya. Stadion GBK dipenuhi penonton yang tak sekadar menonton, tapi juga bernyanyi, meneriakkan dukungan, dan membawa semangat nasionalisme ke level yang lebih tinggi. Di media sosial, nama-nama pemain Timnas jadi trending. Potongan video serangan Thom Haye, ekspresi bahagia Justin Hubner, hingga senyum Coach STY, semua viral. Netizen tak sekadar merayakan, tapi juga terlibat. Ini bukan sekadar pertandingan. Ini euforia kebangkitan.

Di sisi lain, kita juga harus belajar dari pengalaman. Kenaikan peringkat FIFA bisa membuat kita jumawa kalau tak hati-hati. Ingat, ranking bisa turun secepat naik jika konsistensi tak dijaga. Kita harus tetap rendah hati, memperkuat pembinaan usia muda, dan memperbaiki kompetisi lokal. Liga yang sehat akan menghasilkan pemain yang kompetitif. Dan dengan begitu, Timnas bisa terus punya stok pemain berkualitas, baik lokal maupun diaspora.

Bagi kami, mahasiswa Ilmu Komunikasi, momen seperti ini bukan cuma tontonan. Ini adalah cermin kekuatan media, kekuatan narasi. Ketika Timnas menang, media mengemasnya jadi cerita kebangkitan. Ketika ranking naik, publik merayakannya sebagai kehormatan nasional. Ini bukan semata soal bola. Ini juga tentang bagaimana cerita disampaikan, bagaimana rasa bangga dibentuk. Sepak bola adalah panggung besar di mana identitas bangsa bisa bersinar atau redup. Dan malam itu, kita bersinar terang.

Saya percaya, ranking FIFA yang naik ini bukan akhir dari cerita, tapi awal dari lembaran baru. Indonesia kini sedang diperhitungkan. Dunia mulai melirik, Asia mulai berhitung. Dan rakyat Indonesia? Kita tak lagi hanya bermimpi. Kita sedang bangun, bangkit, dan berlari. Bersama merah putih di dada, bersama harapan di kaki-kaki para pemain muda, dan bersama suara suporter yang terus bernyanyi: Garuda di dadaku, kebanggaanku!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun