Ini penting. Sebab tempat seperti ini mudah sekali tergeser oleh tren wisata "insta-worthy" yang hanya berfokus pada visual tanpa memahami nilai. Padahal, di balik sederhananya bangunan makam ini, tersimpan narasi spiritual yang bisa jadi jauh lebih dalam daripada ratusan foto.
Saya percaya, setiap orang butuh ruang untuk menepi. Untuk diam sejenak dan mendengar suara sendiri. Mungkin tidak semua orang akan menganggap Bukit Turgo sebagai tempat ziarah, tapi saya yakin siapa pun yang datang ke sana akan pulang membawa rasa tenang.
Dan mungkin, di balik kabut Merapi yang menggantung itu, ada pesan dari masa lalu yang masih menyapa: bahwa hidup tak melulu soal berlari dan mengejar, tapi juga tentang diam, bersyukur, dan menyimak.
Saya menemukannya di makam tua ini. Mungkin kamu juga bisa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI