Mohon tunggu...
zeinul ubbadi
zeinul ubbadi Mohon Tunggu... -

wartawan madura channel televisi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nikah Siri

21 April 2013   17:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:50 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menikah siri itu enak tidak ya? tentu enak. Bahkan mungkin sangat enak. Nikmat tidak ya? Belum tentu.

Menyetubuhi gadis-gadis belia yang umurnya bahkan masih belum genap 17 tahun, siapa bilang tidak enak. Jika tidak enak, oknum anggota dewan yang ditangkap di Surabaya itu pasti tidak melakukannya hingga kepada sembilan gadis. Saat birahi membuncah bersambut dengan kulit segar dan muda, tentu membuatnya seakan tak menginjak bumi. Enak, Pasti.

Tapi kita tidak pernah tahu apa sebenarnya yang berdetak dalam hati kecilnya, utamanya saat ia mulai menggenggam tangan si gadis dan meminta “penghulu bayaran” untuk menikahkannya dalam mobil. Konon, hati yang paling dalam itu selalu mengajak pada kebenaran, kesetiaan dan penghormatan.

Setiap akan melakukan sesuatu yang menyimpang, hati kecil selalu membunyikan alarmnya. Bisa dalam bentuk bayangan wajah ibu, bisa bisikan bijak sorang guru ngaji, bisa gemma tangisan buah hati, bahkan bisa berbentuk bayangan kejadian buruk semisal ditangkap KPK, diborgol polisi, dan karir yang jatuh. Sayangnya, tidak semua orang mau mendengarkan alarm itu. Seringkali banyak yang nekat dan mengabaikannya.

Saya yakin hati nurani oknum anggota dewan itu juga sudah membunyikan alarmnya. Namun nafsu dan birahinya memaksanya untuk mengabaikannya. Dan sesuatu yang dilakukan tidak seijin hati nurani hanyalah enak. Tidak nikmat. Hanya bagian ragawi saja yang merasakan sensasinya, tidak bagian psikisnya.

Seorang blater di dusun tetangga pernah menyampaikan nasehatnya “Jangan beristeri lebih dari satu jika urat saraf yang menyambungkan hati dan akalmu belum putus” katanya. Mengapa? “Ini sudah saya alami sendiri. Saat bersama isteri muda, yang terbayang dalam hati adalah anak yang mulai bisa merengek minta jajan. Sementara bila bersama isteri tua, hati khawatir isteri muda ditiduri teman”.

Benarkah itu? saya belum pernah mengalaminya. Namun suatu saat saya menemukan penegasannya pada blater lain yang isterinya merantau mencari pekerjaan. Saya tanya “Mengapa sampeyan membiarkan isteri pergi sendirian bekerja di Malaysia, apa tidak takut ada yang merayunya, menjahilinya bahkan menikmatinya?”. Ia hanya tersenyum datar “Biar saja, anggap saja tuyul, kalo pulang nanti dia bawa uang” jawabnya tanpa beban. Saya tersentak, karena rupanya benar-benar ada orang yang saraf hati dan akalnya terputus.

Bagaimana dengan anggota dewan yang menikah siri hingga dengan sembilan gadis itu? saya tidak bermaksud mengatakan ada “saraf putus” itu padanya. Sebab menurut berita yang santer di beredar di media, ia tidak menikah siri  seperti pada umunya. Ia menikah dalam mobil, tidur di hotel, membayar si gadis kemudian talak. Bagi saya, ini seperti prostitusi biasa pada umumnya. Namun karena mungkin yang bersangkutan takut neraka, maka dipanggillah “Penghulu Bayaran” itu untuk menikahkannya.

“Takut Neraka” menunjukkan bahwa urat saraf yang menyambungkan hati dan akalnya masih ada. Begitu pula dengan alarm hati nuraninya, jelas masih berfungsi dengan baik. Sebab jika tidak, ia pasti tak mau repot-repot menikah untuk melampiaskan birahinya.

Apakah dia terbebas dari dosa? dari dosa zinah, bisa jadi bebas. Tapi menikah diam-diam pasti membuat hati isterinya sakit karena merasa dikhianati. Dan penghkianatan adalah juga dosa. Mungkin hampir sama besarnya dengan zinah. Tidakkah dulu guru ngaji kita mengatakan bahwa khianat itu adalah tanda-tanda orang munafiq, dan innal munafiqina fiddarkil asfali minannar, sesunggunya tempat orang-orang munafiq adalah dilapisan paling bawahnya neraka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun