Mohon tunggu...
Nyzriel el habibi
Nyzriel el habibi Mohon Tunggu... -

seorang pengembala yang haus akan ilmu DAN hamba yang tak berdaya kecuali dengan kekuatan NYA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Wanita "Maksiat" Sampai Wanita "Malaikat"

12 November 2010   23:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:39 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12896040031815001175

Hari itu memang hari yang dipenuhi berbagai aktifitas, mulai dari kewajiban untuk hadir di bangku kuliah, sehabis itu menghadiri acara diskusi bulanan yang di taja oleh Depertemen pendidikan Kelompok Studi Mahasiswa Riau Mesir. Dan untuk diskusi kali ini sungguh sangat menarik, karena selain menghadirkan dua presentator handal dan juga seorang panelis” luar biasa”, lebih-lebih tema diskusi kali ini lebih mengajak kita untuk mengkaji kehidupan seorang pemikir dan Imam besar umat islam yaitu Imam malik. Seorang Imam yang hidup di kota madinah, yang tidak mau ikut campur dalam perpolitikan dan siap untuk menjadi penasehat pemerintahan kalau seandainya beliau di pinta untuk itu. Itulah Imam malik seorang imam besar yang sampai hari ini kita kenal beliau sebagai ulama mazhab yang banyak di ikuti oleh umat muslim dunia. (Tapi saya gak akan bahas ini, karena pembahasan nya cukup dalam dan kalau ada yang reques insya Allah tunggu tulisan selanjutnya..heee) Malam mulai larut dan diskusipun di tutup.  Kami pun kembali keasal, tempat dimana kami hidup bersama. Jarak rumah kami dengan sekretariat sangat jauh juga, sehingga kami harus pulang dengan menumpangi Tramco. Saya  pulang bersama  tiga teman saya, dihiasi canda dan tawa sepanjang perjalanan. Ada hal aneh dan bukan saja aneh menurut saya pibadi, mungkin kalau anda melihat juga akan merasa aneh, aneh dan aneh. Kebetulan pada saat itu ketiga teman saya tidak melihat itu sama sekali dan hanya saya sendiri yang melihat pristiwa "memalukan" itu. Bukan berniat untuk membuka aib seseorang, makanya disini saya tidak sebut pelakunya maupun inisialnya, karena bagi saya sendiri itu adalah privasi pribadi. Begini kawan, ketika saya dan tiga teman saya menaiki tramco menuju hay `asyir saya melihat dua sejoli insan yang saling bermesraan di tepi jalan. Sang cowok mencium dan mengelus pipi kekasihnya, dan di balas oleh sang cewek yang gak mau kalah juga. Kemudian cewek itu menaiki tramco yang sama, dan mengambil posisi tempat duduk di bangku belakang. Awalnya saya mengira mereka sudah menikah, namun salah karena terlihat sang cowok hanya mengantarkan kekasih nya ini sampai disitu dan sang cowok kembali lagi kerumahnya. Makanya saya ambil kesimpulan bahwa mereka bukan suami istri karena mereka beda rumah. Otak ku kembali menebak bahwa mereka adalah saudara kita setanah air(indonesia) namun sayang salah juga, karena saya yakin wanita kita tidak mungkin melakukan itu. Karena dalam perjalanan menuju hay `asyir terdengar percakapan  dengan kekasihnya tadi melaui HP, yang sekali kali di selengi bahasa arab. Dan bahasa lainnya saya kira ini bukan bahasa kita, karena logat dan bahasa yang ia ucapkan, mirip dengan logat bahasa negara tetangga. Kalau benar mereka telah menikah mungkin prasangka saya yang salah, kalau bukan, pantaskan wanita yang berjilbab itu ciuman dengan bukan muhrimnya, tentu menyalah bagi syari`at agama saya, anda dan kita semua(islam). Biar lah itu berlalu, karena memang itu urusan mereka. Sebelum kami sampai kepada tujuan kami. Keributan terjadi  didalam tramco yang kami tumpangi, biasa keributan kecil. Seorang ibu separoh baya VS sopir tramco, namun jangan khwatir karena gak ada pertumpahan darah. Ibu ini ngotot ingin dikembalikan sisa uangnya yang berjumlah Rubu` gineh( ya… Rp 500 lah), dan sopir ini ngotot dengan pegangan hidup beliau bahwa ongkos menuju hay `asyir 75 pister( ya… Rp 1000 lah). Adu mulut gak dapat dihindari, sehingga bikin resah kami sebagai penumpang. Hingga sopir mematikan mesin tramconya dan turun sekaligus menyuruh ibu ini turun dan akan mengembalikan sisa uangnya. Oke kata ibu itu. Aku akan turun tapi kembalikan satu ponds (ya….. Rp 1700 lah). Enak aja kata sopir. Kalau gitu gratis dunk ente dari sono. Saya mulai gak betah mendengar pertengkaran itu, saya mengambil uang receh yang akan saya berikan sama ibu itu agar pertengkaran ini usai, karena bagi saya“ Hal sekecil apapun, kalau itu bisa menghindari konflik maka lakukan itu” Sebelum tangan saya mengulurkan recehan itu, terlebih dahulu wanita mesir yang disamping saya dengan suara lembut nya “ dah ini ambil satu ponds” maka ibu itupun turun dan konflik berakhir. Wanita itu sama dengan wanita diatas tadi, seorang muslimah dan jilbaber. Namun hanya berbeda dari apa yang telah ia lakukan. Tulisan ini hanya iseng aja, karena resah melihat kondisi umat sekarang(cie..cie..cie.) shalat lima waktu gak pernah tinggal, puasa rajin bahkan ditambah senen kamis, infaq sedekah nya masya Allah. Tapi sayang aurat banyak terbuka, lebih-lebih aurat hati, mengikuti nafsu  tiada henti. Haruskah saya juga berkata seperti apa yang dikatakan oleh saudara saya “ "Wanita terhormat tidak berserakan di jalanan". Atau mungkin memang karena indonesiku negeri bebas, jadi " Di Indonesia sangat terbuka sampai-sampai banyak yang tidak boleh terbuka dibuka juga. ". Waalhua`lam bishowab. Astagfirullah bilqouli bila `ilmin wabil qouli bila amalin. November 2010. ketika pagi menyapa kota madrosah cairo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun