Mohon tunggu...
Nydia Susanto
Nydia Susanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Travel blogger

Travel blogger, mengulas berbagai tempat wisata, restoran, penginapan dalam dan luar negeri yang saya kunjungi

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Napak Tilas Kemerdekaan di Kawasan Menteng

23 Oktober 2022   17:07 Diperbarui: 23 Oktober 2022   17:15 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kunjungan kami ke Tugu Proklamasi menandakan berakhirnya acara Napak Tilas Kemerdekaan, yang disertai foto bersama untuk terakhir kalinya dan bagi saya pribadi, kegiatan diakhiri dengan menjadi sukarelawan untuk diwawancara oleh reporter TVRI. 

Melintasi Beragam Warisan Sejarah dan Budaya

Beruntunglah saya memutuskan untuk mengikuti rute pagi karena matahari belum terlalu terik ketika kami berjalan kaki dari 1 destinasi ke destinasi lain yang memakan waktu 30 hingga 40 menit. Terlebih, banyaknya pohon rindang di sepanjang jalur khusus pejalan kaki yang membuat cuaca lebih adem sehingga tidak terlalu banjir keringat. Selain menyehatkan badan, berjalan kaki membuat kami lebih sadar dengan lingkungan sekitar dan mampu melihat segala sesuatunya lebih detil daripada naik kendaraan.

pos-cikini-635510ce4addee249735f6e2.jpg
pos-cikini-635510ce4addee249735f6e2.jpg
Selama di perjalanan, kami banyak menjumpai sederetan bangunan antik dengan latar belakang sejarah menarik. Misalnya, Kantor Pos Cikini berusia lebih dari 100 tahun dan masih beroperasi dengan mempertahankan desain aslinya, rumah keluarga keturunan Bung Hatta, Bioskop Metropole XXI yang merupakan bioskop pertama di Jakarta, Taman Suropati yang sudah ada sejak seabad yang lalu dan dihiasi 6 patung mewakili negara ASEAN, serta Perguruan Cikini (Percik) di mana anak-anak Soekarno pernah mengenyam pendidikan. 

bekas rumah Achmad Subardjo yang sedang open house
bekas rumah Achmad Subardjo yang sedang open house

Kami pun sempat melintas di depan rumah Achmad Subardjo, yang sayang sekali sudah dijual melalui agen properti Ray White. Kondisi rumah tersebut agak kurang terawat dengan rumput liar dan facade bernoda hitam-hitam, namun masih tersisa keindahan gaya kolonialnya. Entah mengapa pemerintah tidak mengusahakan supaya rumah tersebut dilestarikan sebagai cagar budaya atau dijadikan museum misalnya.

rumah keluarga Bung Hatta
rumah keluarga Bung Hatta

Terdapat juga Hotel Cikini, yang berdiri di lokasi bekas kedai es krim Tjan Njan, yang sekarang bernama Tjanang karena situasi politik yang tidak memperbolehkan nama berbau Tionghoa di zaman Orde Baru. Sudah tak banyak generasi muda sekarang yang mengetahui keberadaan es krim tersebut, namun es krim Tjanang adalah favorit Soekarno dan keluarga Cendana.

Hotel Cikini
Hotel Cikini

Taste of Heritage Soekarno

freeer es krim Tjanang di lobby Hotel Cikini
freeer es krim Tjanang di lobby Hotel Cikini
Setelah tur selesai, saya sengaja meluangkan waktu sejenak ke Hotel Cikini untuk mencicipi es krim Tjanang karena hanya dijual di dalam hotel tersebut. Saya memilih best seller-nya, yakni kombinasi dengan 4 rasa berbeda dalam 1 cup, yakni coklat, stawberry, alpukat dan kopyor yang dibanderol Rp. 15.000 saja. Barulah saya tahu rupanya es krim Tjanang adalah es puter dengan tekstur lebih kasar daripada es krim zaman sekarang. Yah, namanya juga the taste of heritage yang resepnya tidak berubah dari zaman dulu. Menurut salah satu staf hotel, masih cukup banyak konsumen yang melepas kerinduan rasa es krim jadul besutan Lie Sim Fie ini, yang kini usahanya dijalankan oleh cucunya Yenie Lie.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun