Mohon tunggu...
Nyayu Fatimah Zahroh
Nyayu Fatimah Zahroh Mohon Tunggu... Ilmuwan - Everything starts from my eyes

Coba sekekali lihat ke langit setiap hari, dan rasakan betapa membahagiakannya \r\n\r\nhttp://nyayufatimahzahroh.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesan Terakhir

18 Februari 2015   02:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:00 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1424177287391358158

[caption id="attachment_369441" align="aligncenter" width="260" caption="Ilustrasi (http://www.huffingtonpost.com/)"][/caption]

Aku, sesorang yang memang tak banyak memiliki kisah cinta. Pada saat orang lain sedang puber-pubernya berganti-ganti pacar, aku hanya bersama dirinya, seseorang yang kini menjadi calon suamiku. Kami sudah menjalin cinta sejak lama, sejak pertama kali kita dipertemukan di bangku sekolah menengah pertama. Tak ada ungkapan cinta dari hati ke hati. Seiring berjalannya waktu, kami sering bersama, ke kantin berdua, nonton bioskop diakhir pekan, pulang beriringan hingga semua teman-teman sekolah menganggap kita pacaran. Mau diapakan lagi? toh kenyataanya kami memang sering berdua. Orang yang tak kenal pun pasti menganggap kita pacaran.

Memang perlu diakui, dia telah mengenalku secara mendalam dan aku pun begitu. Aku sudah tahu apa makanan kesukaanya, dan diapun tau kebiasaanku membaca satu halaman cerbung sebelum tidur. Kami tak pernah marahan sekalipun. Hmm, atau mungkin pernah sekali saja dan itu pun karena kami gagal komunikasi. Pada saat itu sekitar dua tahun lalu, aku baru saja pulang dari luar kota. Kami sempat smsan dan aku terus mengabarkan perjalananku menggunakan kereta ekonomi menuju Stasiun Bogor. Sesampainya aku di sana, langsung saja aku menunggu di Shelter depan Taman Topi menunggu jemputan. Sejam sudah menunggu. Aku terus-terusan sms dia, tak ada kabar tak ada jawaban. Sempat ingin langsung pulang, tapi ada perasaan tidak enak. Mungkin ia sedang di jalan, mungkin pulsanya sedang habis, mungkin terkena macet, mungkin... mungkin... mungkin lupa... Setelah menunggu tiga jam, akhirnya ia membalas smsku tadi. Ia tidak tahu kalau aku ingin dijemput, dan ia terlelap tidur sehingga tak mendengar suara pesan masuk. Perasaan ku sempat kacau. Seperti sedang memegang ember yang penuh dengan air, menjaga keseimbangan sehingga air tak tumpah. Namun setelah membaca pesan balasan, tali pegangan ember putus dan seluruh isi ember tumpah tak tersisa. Beberapa jam kemudian, kami pun baikan dan seperti tidak ada masalah. hanya itu. Tok. Tak pernah ada kesalahpahaman lagi.

---

Hubungan kami begitu sempurna sehingga kami berani merencanakan masa depan ke jenjang yang lebih lanjut di tahun ketiga kami bersama. Padahal waktu itu kami baru saja menginjak sekolah menegah atas. Orang tua kami sama-sama tahu. Sudah saling mengenal. Tinggal tunggu apa lagi. Orang tua kami pun sudah menabung untuk biaya pernikahan, rumah yang nanti akan kita tinggali dan sebagainya. Masih jauh memang, tapi keluarga sudah jatuh cinta dengan hubungan kami.

Ayah pacarku sudah membeli tanah disalah satu bilangan Bogor kota yang memang terbilang elite. Ibuku sudah menyocok-nyocokan konsep apa yang nanti akan dipakai untuk pernikahan. Aku pun senang dengna semua pembicaraan ini. Akad nikah, resepsi, baju penganting, cideramata, surat undangan, catering, pelaminan, dan sebagainya. Semua kami bicarakan dari jauh-jauh hari. Tak pernah ada kata tidak jadi. Hanya tinggal tunggu waktunya sampai kita masing-masing sudah lulus kuliah dan bekerja.


--

Pernikahan kami tinggal menunggu bulan untuk sampai ke pelaminan. Hanya saja, aku berinisiatif untuk mengurangi komunikasi beberapa minggu sebelum hari H. Sempat tidak disetujui oleh pacarku. Namun setelah ku beritahu alasannya akhirnya ia menyetujui. Semua itu hanya untuk menghindari kemungkinan adanya cekcok diantara kita. Memang kami hanya sekali gagal komunikasi, tapi toh semua kemungkinan bisa terjadi. Aku ingin menghindari kemungkinan itu. Kami sudah terlampau jauh merencanakan ini dan aneh bukan kalau tidak jadi? Amit amit... amit amit...

Dua minggu sebelum pernikahan, aku diberi tugas untuk mengurusi acara book launching tour salah satu penulis novel teenlit best seller. Ya, dia sedang digandrungi oleh remaja masa kini. Perlu diakui karyanya memang bagus dan mendobrak anggapan banyak orang kalau novel teenlit itu hanya picisan. Tapi menurut survey, sebagian besar remaja wanita cenderung menyukai penulis dari fisiknya, ia memang tampan, muda, berkarisma, dan tak aku pungkiri memang menarik hati setiap wanita. Namun buat aku, dari pada minta foto bersama, lebih baik minta tanda tangannya di setiap serial novelnya yang aku miliki. Aku lebih suka karyanya daripada fisiknya.

Mengetahui kabar bahwa aku dipercaya mendampingin penulis populer ini, teman-teman wanitaku langsung menghubungiku secara pribadi untuk mendapatkan foto eksklusif si penulis. Aku hanya bisa bilang "kalau sempat ya". Sedikit malas juga meladeni para fanatik itu. Tinggal googling kan semua beres. Dapat foto yang kualitasnya juga bagus. Toh sama saja bukan? Dan sebenarnya aku ada misi tersembunyi dibalik tugasku ini.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun