Mohon tunggu...
Anisah Muzammil
Anisah Muzammil Mohon Tunggu... Editor - Editor/Penulis

Penulis lepas/Editor/Mentor Ibu rumah tangga, 4 anak Penulis buku Jemuran Putus www.instagram.com/anisah_muzammil www.facebook.com/anisah.muzammil

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Lare Osing Nduwe Rujak Soto

26 April 2023   20:43 Diperbarui: 26 April 2023   20:54 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rujak soto (Sumber: Fb Anisah Muzammil)

Kalau menyelami makna Idulfitri, sesungguhnya sangatlah banyak. Salah satunya membudidayakan kuliner khas Nusantara. Untuk topik ini, saya akan mengunjungi lare osing, penghuni Banyuwangi.

Istilah "lare osing" merupakan istilah yang kerap digunakan oleh orang Banyuwangi. Jika diartikan secara istilah, 'lare osing' berarti penduduk asli Banyuwangi.

Kalau anak Betawi punya gado-gado dan pecel ayam, lain lagi dengan lare osing yang punya makanan khas rujak soto dan sego tempong. Keduanya memiliki karakteristik yang hampir mirip. Namun, mulai dari penyajian dan cita rasanya antara rujak soto dan gado-gado sangat berbeda.

Mendapat jodoh pria asal Banyuwangi membuat saya mengenal hal baru selain Kota Jakarta. Lingkungan yang kekeluargaan, guyub, dan yang menakjubkan dari gang ke gang itu pasti ada ikatan saudara. Entah saudara jauh atau dekat. Jika hari Lebaran, kami cukup berjalan menyusuri gang, kemudian menghampiri rumah-rumah yang ternyata ini sepupunya anu atau ini adik dari omnya ini.

Rujak soto buatan sendiri (dok pribadi)
Rujak soto buatan sendiri (dok pribadi)
Pertama kali mudik ke rumah mertua, saya disuguhi nasi tempong yang sambelnya super pedas dan rujak soto yang mirip pecel, tetapi disiram kuah kuning seperti soto. Rasanya gurih, pedas, dan sedikit manis. Kalau di Jakarta, yang namanya rujak itu bumbunya cabai dan gula merah. Namun, di Banyuwangi, rujak itu seperti bumbu gado-gado.

Awalnya lidah Jakarta saya tidak terbiasa dengan olahan mertua yang membuat sambal pun diberi gula. Saya membatin, "Ini sambel atau dodol?" Namun, seiring waktu, lidah saya pun terbiasa dengan masakan mertua yang cenderung manis.

Ketika saya mencoba membuatnya sendiri, tentu saja dengan resep mertua, bumbunya saya modifikasi menyesuaikan lidah pengecap saya dengan rasa gurih yang kuat. Namun, kata mertua rasanya berbeda.

Rujak soto dibuat seperti pecel yang disiram kuah soto. Yang unik dari kuliner khas Banyuwangi ini adalah selalu ada petis di setiap olahan rujak soto.

Cara membuatnya adalah potongan tahu, tempe, timun, rebusan kangkung, dan tauge, diberi bumbu kacang yang diolah dengan petis. Bumbunya mirip gado-gado, bedanya terletak pada penggunaan petisnya.

Penyajiannya pun sama. Namun, kalau gado-gado cukup dengan sambel kacang, sedangkan rujak soto harus disiram  kuah soto yang isiannya terdiri dari babat, usus, dan daging sapi. Bisa ditambahkan lontong. Kalau itu optional saja. Rasanya nagih banget.

Kalau mudik ke Banyuwangi, pasti selalu ada sajian ini. Tentu saja buatan mertua. Karena kelezatannya, rujak soto kemudian menjadi populer di Banyuwangi dan sekitarnya, bahkan telah menyebar ke beberapa kota di Indonesia. Saat ini, rujak soto menjadi salah satu hidangan khas yang sangat terkenal dari Banyuwangi dan banyak dicari oleh wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Rujak soto seolah menjadi ikon khas Kota Banyuwangi selain pisang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun