Mohon tunggu...
Ayyu ulinnuuha
Ayyu ulinnuuha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kompetensi yang Sebaiknya Dikembangkan dalam Pendidikan Agama Islam

8 Desember 2021   20:25 Diperbarui: 8 Desember 2021   20:27 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah merupakan harapan bagi semua orang, begitupun anak yang sholih dan sholihah. Anak merupakan salah satu anugerah dan amanah yang diberikan Tuhan. Anak merupakan titipan yang harus dijaga, dirawat, dan dididik dengan baik. Hal ini tentu sangat membutuhkan peran orang tua dirumah, peran guru dan teman di sekolah, serta peran dari masyarakat sekitar.

Keluarga merupakan pendidikan pertama. Oleh karena itu, orang tua harus membimbing serta mengajarkan anak pada hal-hal yang baik, sesuai dengan nilai, norma dan etika yang berlaku dalam masyarakat dan agama. Hal ini bertujuan agar anak dapat selalu terarah dan tidak menyimpang. 

Anak yang sholih dan sholihah merupakan dambaan bagi setiap orang tua, doa merekalah yang akan menjadi penolong di akhirat kelak. Maka dari itu, setiap orang tua ingin putra-putrinya mendapatkan pendidikan yang baik terutama pendidikan agama islam.

Pendidikan agama Islam merupakan pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan baik dan benar. Untuk mencapai hal tersebut, terdapat 3 kompetensi yang perlu dikembangkan dalam pendidikan agama Islam di sekolah, yaitu:

1. Kognitif

Kognitif meliputi pengetahuan peserta didik terhadap materi, konsep dan praktek dalam pendidikan agama Islam. Hal yang perlu dilakukan bagi seorang guru adalah menjelaskan terlebih dahulu materi-materi sederhana yang dapat dipahami oleh siswa. 

Jika siswa sudah mampu memahami dengan baik, maka silahkan guru memberikan praktek. Saat 2 hal tersebut sudah dikuasai dengan baik dan benar oleh siswa, maka guru bisa mengajak siswa untuk berdiskusi terkait materi tersebut untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

Contoh mengembangkan kognitif siswa adalah guru menjelaskan tentang materi wudhu, setelah siswa paham, guru melanjutkan dengan praktek. Setelah siswa siswa mampu menguasai materi dan praktek wudhu, guru bisa meminta siswa untuk berdiskusi terkait problematika seputar wudhu, hal ini dapat memperluas kemampuan berpikir siswa. 

Contoh lainnya, guru juga bisa meminta siswa untuk menghafal doa, bacaan sholat, surat-surat pendek dan surat-surat penting yang ada dalam Al-Qur'an serta menghafal kosa-kata arab. Hal ini dapat mengasah daya ingat dan kemampuan menghafal siswa. 

Mengembangkan kompetensi kognitif siswa seperti ini sangat penting dilakukan, karena setelah memahami materi yang ada, siswa dapat memperluas pengetahuannya dan mempraktikkannya dengan baik untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar.

2. Afektif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun