Mohon tunggu...
NuryadinFadli
NuryadinFadli Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

senantiasa belajar menemukan hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keluarga Harmonis, Indonesia Kuat

1 Desember 2022   14:20 Diperbarui: 1 Desember 2022   14:25 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa waktu yang lalu, di sekolah tempat saya mengajar ada seorang anak yang baik, artinya dia selalu hadir di sekolah dan jarang tidak masuk atau bolos, tiba tiba mogok sekolah. Setelah di cari tahu mengapa anak itu mogok sekolah, ternyata anak itu tidak mau lagi berangkat ke sekolah dengan alasan selama ini sudah menjadi beban berat bagi neneknya. Dia hidup dan tinggal bersama neneknya, kedua orang tuanya sudah bercerai dan tidak pernah lagi memberinya bekal uang untuk sekolah. segala biaya hidupnya ditanggung oleh neneknya yang hidup sendiri dan merawatnya sejak orang tuanya berpisah. Merasa menjadi beban bagi neneknya dan tidak lagi disayang oleh kedua orang tuanya yang bercerai, dia memutuskan untuk berhenti sekolah. 

Ada juga anak yang nakal, artinya dia sering membuat onar, berbuat jail, bahkan sampai kepada berantem dengan kawannya karena anak ini mudah tersulut emosinya. setelah dicari tahu keberadaan keluarganya oleh pihak sekolah, ternyata bapak dan ibunya juga bercerai, dan dia dirawat juga oleh neneknya. sepertinya anak ini mengalami gejala kurang kasih sayang dan butuh perhatian. dia mencari perhatian guru dengan cara selalu membuat onar, terkadang juga berantem dengan temannya. 

Salah satu acara TV swasta dalam sebuah tayangannya tentang keluarga single parent, seorang bapak mengatakan bahwa dia satu hari pernah ingin bunuh diri bersama anaknya setelah dia berpisah dengan istrinya. Dia berfikir waktu itu bahwa sudah tidak ada lagi masa depan baik bagi dia ataupun anaknya. Untungnya pikiran jahat untuk bunuh diri itu bisa dia tepis dan alhamdullilah dia masih bisa hidup sehat bersama anaknya yang semakin hari semakin besar.

Perpisahan memang sesuatu yang tidak diinginkan, walaupun mungkin kejadiannya bisa diantisipasi.

Melihat beberapa kasus diatas jelas bahwa kekuatan seorang anak adalah terletak pada keluarga yang harmonis. Bahkan keluarga yang harmonis sekalipun, harmonis artinya keluarga yang tidak bercerai, belum tentu melahirkan anak-anak yang baik, anak-anak yang hebat, anak-anak yang memiliki akhlak yang baik. 

Keluarga pada dasarnya adalah pondasi atau benteng pertama anak yang akan menjadikan seorang anak baik ataupun buruk. Sederhananya anak yang baik secara otomatis terlahir dari keluarga yang harmonis, keluarga yang peduli, keluarga yang selalu mewariskan nilai-nilai baik kepada anaknya untuk bekal mereka hidup di masyarakat. Sebaliknya anak yang nakal bisa dipastikan terlahir dari keluarga yang tidak harmonis, kedua orang tuanya berpisah, atau kedua orang tuanya masih lengkap tetapi orang tuanya tidak pernah peduli dengan akhlak anaknya, orang tuanya tidak pernah peduli dengan siapa anaknya bergaul dan apa yang dia lakukan. 

Maka sesungguhnya tidak akan ada anak yang nakal, terlibat tawuran sesama remaja, atau ikut geng motor yang merusak dan mengintimidasi masyarakat sekitarnya, jika lingkungan dimana anak itu tinggal merupakan lingkungan yang sehat, yang peduli dan senantiasa mewariskan nilai-nilai kebaikan. 

Lalu bagaimana jika kedua orang tua anak berpisah dan akan menyebabkan rusaknya mental dan perkembangan jiwa anak, tentunya harus ada orang terdekat dari anak tersebut yang peduli dan menyelamatkan anak dari rasa kurangnya kasih sayang dan perhatian. Karena jika tidak demikian, dikhawatirkan anak akan terjerumus kepada kenakalan remaja dan pergaulan bebas. 

Jika Berkaca kepada teorinya Ki Hajar Dewantara, Bahwa yang bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang seorang anak itu adalah tiga elemen, yaitu  keluarga, lingkungan masyarakat dan sekolah. ketiganya harus bersinergi demi membentuk anak yang baik yang berakhlak baik. keluarga menanamkan nilai-nilai baik, menjaga anak dari hal-hal buruk, demikian juga masyarakat dan sekolah. 

Di sekolah anak-anak diasah intelektualnya supaya memiliki pengetahuan yang luas, memiliki disiplin yang tinggi dan diberikan pelatihan pelatihan yang baik demi masa depan yang baik.  Masyarakat yang sehat juga harus memiliki kepedulian terhadap tumbuh kembang anak-anak, jika ada gerombolan atau kumpulan anak anak yang mengarah kepada hal-hal negatif, maka elemen masyarakat harus mengingatkannya dan menegurnya. Maka jika semua elemen sudah memiliki visi yang sama yaitu demi terwujudnya anak yang berakhlak baik, beriman dan cakap, maka terwujudnya remaja yang baik bukan lagi hal yang mustahil. 

Dan kembali kepada konsep awal bahwa anak yang baik itu terlahir dari keluarga yang harmonis. Minimal seorang anak memiliki keluarga yang harmonis, meskipun masyarakatnya kurang baik ataupun sekolahnya bukan lingkungan yang baik bagi dia, setidaknya nilai nilai yang ditanamkan di keluargalah yang akan senantiasa menjadikan dia baik, menjadikan dia memiliki prinsip prinsip hidup baik yang tidak tergoyahkan oleh hal-hal negatif. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun