Mohon tunggu...
Nururrahmah
Nururrahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Merupakan mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya Bintaro jurusan Teknik Sipil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bahaya Self Diagnosed bagi Generasi Z

20 Desember 2022   18:57 Diperbarui: 20 Desember 2022   20:32 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teknologi informasi dan komunikasi yang terjadi pada zaman sekarang menjadi sangat canggih. Segala informasi dan kegiatan komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang mudah. Media sosial menjadi salah satu produk dari kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi yang ada. Melalui media sosial, masyarakat secara global dapat berkomunikasi dengan mudah. Sebelum adanya media sosial, mendapatkan informasi hanya terbatas pada berita yang dicetak secara tulisan. Kemudian, kegiatan komunikasi dengan orang yang jauh dari kita dapat dilakukan dengan cara mengirim pesan konvensional. 

Dengan terbatasnya informasi dan komunikasi yang dapat dilakukan sebelum era digital seperti sekarang, kesehatan mental menjadi hal yang tabu bagi banyak masyarakat. Berbeda dengan kesehatan secara fisik, kesehatan mental tidak dapat dilihat secara langsung dikarenakan mental merupakan hal yang terjadi di dalam perasaan dan pikiran manusia. Kini, kesehatan mental mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat hingga para ahli psikologi. Mereka yang memiliki perhatian lebih terhadap kesehatan mental mulai menyebarkan kesadaran dan informasi lanjut terkait kesehatan mental.

Seperti yang sering ditemukan di media sosial terdapat banyak konten menarik mengenai isu dan informasi seputar kesehatan mental. Dengan begitu, masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan mental. 

Generasi Z yang merupakan generasi muda pada era globalisasi memiliki kemampuan lebih pada zaman digital ini. Algoritma media sosial yang canggih akan mengikuti kesukaan para penggunanya yang merupakan generasi Z. Konten mengenai kesehatan mental ini menjadi topik menarik yang sering ditemukan pada media sosial. Masyarakat awam, content creator, hingga dokter jiwa mulai mengikuti pengunggahan konten ke media sosial terkait dengan kesehatan mental. Self diagnosed atau diagnosa diri sendiri menjadi perhatian pada era digital terkait dengan kesehatan mental. 

Psikologi populer yang kerap disebarkan melalui konten-konten di media sosial, membeberkan banyak ciri dan tanda dari gangguan kesehatan mental tertentu. Generasi Z yang mengonsumsi segala konten tersebut terkadang sulit untuk mengelola konten yang mereka konsumsi. Misalnya, terdapat konten ciri-ciri gangguan kesehatan mental Attention Deficit Hyperacticity Disorder (ADHD) yang ternyata sesuai dengan perilaku mereka sehari-hari menciptakan self diagnosed kepada generasi Z. 

Akibatnya, banyak masyarakat, khususnya generasi Z, yang mengklaim bahwa mereka mengalami gangguan kesehatan mental. Padahal, mereka yang mengakui belum pernah melakukan tes gangguan kesehatan secara langsung kepada ahli. Peristiwa self diagnosed ini tentunya merupakan hal yang berbahaya terutama di dalam dunia psikologi. 

Keberadaan media sosial seperti sekarang memberikan manfaat bagi dunia kesehatan. Dokter Weni melalui wawancara dengan Akbar (2019) menjelaskan bahwa informasi kesehatan yang tersebar di dalam internet memiliki sisi positif dan negatif. Positif dan negatif yang didapatkan dari konten yang membahas mengenai kesehatan kembali lagi terhadap masyarakat yang mampu untuk mengolah informasi tersebut. Tentunya, apa yang tersebar di internet merupakan diagnosa  secara mentah dan tidak boleh dipercaya secara langsung. 

Hal tersebut dikarenakan diagnosa yang akan diberikan kepada masing-masing pasien berbeda sesuai dengan keadaan yang dirasakan. Saat ini banyak konten video hingga artikel di media sosial yang memaparkan ciri-ciri dari gangguan kesehatan mental tertentu. Di dalam pembahasan konten tersebut memang disebutkan beberapa ciri khusus yang akan dialami oleh orang dengan gangguan kesehatan mental tertentu. Tetapi, terdapat beberapa persepsi dan ciri umum yang nyatanya dapat dirasakan oleh orang yang tidak memiliki gangguan kesehatan mental. 

Dengan perasaan "Oh, saya juga seperti itu" setelah mengonsumsi konten tersebut membuat seseorang dapat mendiagnosa dirinya sendiri dengan gangguan kesehatan mental. 

Maskanah (2022) menjelaskan bahwa self diagnosed adalah sebuah peristiwa di dalam dunia kesehatan ketika seseorang memutuskan bahwa dirinya memiliki sebuah penyakit dari informasi yang didapatkannya. Orang biasanya melakukan diagnosa diri sendiri dikarenakan takut untuk menemui ahli terkait gejala yang ia rasakan. Rasa takut tersebut menghasilkan diagnosa yang nyatanya lebih besar dari dugaan. Selain itu, permasalahan ekonomi berhubung biaya konsultasi kesehatan mental yang terkenal tidaklah murah. 

Self diagnosed ini tentunya merupakan hal yang berbahaya terutama bagi orang yang melakukan hal tersebut. Informasi yang tersebar di internet perlu dipertanyakan kembali kevalidan yang ada. Dengan informasi yang diolah secara mentah tidak dapat menjadi jaminan bahwa seseorang mengalami gangguan kesehatan mental. Ketika seseorang melakukan self diagnosed mereka cenderung akan mencari cara untuk mengobati penyakit yang mereka miliki kembali melalui internet. Informasi yang tidak benar di internet dapat menjadi salah langkah dalam mengobati suatu hal. Khususnya kesehatan mental hal yang memerlukan bantuan para ahli untuk mengobatinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun