Penerimaan diri orang tua terhadap anak berkebutuhankhusus memainkan peran yang sangat penting dalam proses pengasuhan. Karena pada dasarnya, penerimaan diri adalah suatukemampuan seseorang untukdapat melakukan penerimaan terhadap keberadaan diri sendiri.Proses ini bukan hanyatentang menerima kondisi anak, tetapi juga tentang bagaimana orang tuaberadaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka.Sebelum mencapai padafase penerimaan diri, seseorang akan merasakan perang batin yang hebat dengandirinya sendiri, hal itu ditunjukkan dengan sikap menolak, tidak percaya,sedih, kecewa, marah terhadap keadaan yang dialami. Penerimaan bukan berartimembiarkan diri untuk berada dalam kesedihan panjang, akan tetapi penerimaanadalah langkah awal berdamai dengan menerima segala diri untuk bentukkekurangan, keunikan dan kelebihan dengan lapang dada menuju hidup yangbahagia.
Memiliki anak berkebutuhan khusus merupakan bebanberat bagi orang tua baik secara fisik maupun mental. Beban tersebut membuatreaksi emosional didalam diri orang tua. Orang tua yang memiliki anakberkebutuhan khusus dituntut untuk terbiasa menghadapai peran yang berbeda darisebelumnya, karena memiliki anak berkebutuhan khusus
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlahpopulasi anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia mencapai 1,6 juta anakpada Februari 2024. Angka ini menunjukkan bahwa isu pengasuhan anakberkebutuhan khusus menjadi semakin relevan dan penting untuk diperhatikan.Penerimaan diri orang tua terhadap kondisi anak mereka merupakan langkah awalyang krusial dalam menghadapi tantangan ini.Namun, proses penerimaandiri sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan
Tantangan dalam penerimaandiri sering kali muncul dari stigma sosial dan kekhawatiran mengenai masa depananak. Banyak orang tua merasa tertekan oleh pandangan masyarakat yang kurangpaham tentang kebutuhan khusus, yang dapat membuat mereka merasa terasing.Selain itu, kekhawatiran tentang pendidikan, interaksi sosial, dan kemandiriananak di masa depan sering kali menambah beban emosional. Oleh karena itu,penting bagi orang tua untuk mencari dukungan dari komunitas dan sumber dayayang ada.
Adapun cara Penerimaan Diridalam Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khususyang berdasarkan Tahapan Penerimaan Kubler-Ross.
1.   1. Tahap PenolakanÂ
Pada tahap ini, orang tua mungkinmerasa tidak percaya atau mencoba mengabaikan kenyataan. Untuk mengatasipenolakan, penting untuk mencoba mencari informasi yang akurat tentang kondisianak.Â
2.   Tahap MarahÂ
Rasa marah dan frustrasi sering munculsetelah penolakan. Orang tua dapat mengatasi kemarahan ini dengan caramengekspresikan perasaan mereka secara sehat, seperti melalui journaling atauberbicara dengan teman dekat.
3.     Tahap Bargaining
Di tahap ini, orang tua mungkin mencobamencari cara untuk "memperbaiki" situasi. Ini bisa berupa harapanuntuk perubahan yang cepat. Penting untuk menerima bahwa tidak semua hal dapatdiubah dan untuk fokus pada aspek-aspek yang dapat dikendalikan, sepertidukungan dan pendidikan untuk anak.
4.     Tahap Depresi
Pada tahap ini, mencari bantuanprofesional, seperti konseling atau terapi, sangat penting. Berbicara tentangperasaan dan mendapatkan dukungan dapat membantu mengatasi depresi.
5.   Tahap PenerimaanÂ
Pada tahap ini, orang tua mulai menerimakeadaan dan memahami bahwa mereka dapat memberikan dukungan terbaik bagi anak.Fokus pada kekuatan anak dan merayakan kemajuan kecil adalah langkah penting.Membangun jaringan dukungan yang kuat dan berkomitmen untuk terus belajartentang kebutuhan anak juga akan memperkuat penerimaan diri.
Dengan penerimaan yang baik, orangtua dapat memberikan pengasuhan yang lebih sabar dan penuh kasih, menciptakanlingkungan yang positif dan mendukung bagi perkembangan anak. Selain itu,penerimaan diri juga memperkuat hubungan emosional antara orang tua dan anak,sehingga anak merasa lebih dihargai dan dicintai. Dengan demikian,penerimaan diri bukan hanya menguntungkan individu, tetapi juga menciptakanfondasi yang kuat bagi keluarga dan masa depan anak berkebutuhan khusus.
Sumber :
Agoes Dariyo, Psikologi PerkembanganAnak Usia Tiga Tahun Pertama (Jakarta: PT. Refika Aditama, 2007), 20.
Kubler Ross, Elizabeth. (2008). OnLife After Death Revised. USA : Celestial Arts.
Miranda, Destryarini. (2013).Strategi Coping dan Kelelahan Emosional (Emotional Exhaustion) pada Ibu yangMemiliki Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus di Rumah Sakit Jiwa Daerah AtmaHusada Mahakam Samarinda, Kalimantan Timur). eJournal Psikologi. Volume 1 Nomor2, Halaman123-135. Samarinda : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UniversitasMulawarman.
Wardani intan,Artistin. (2023). PENERIMAAN DIRI ORANG TUA DENGAN ANAKBERKEBUTUHAN KHUSUS. MALAHAYATINURSING JOURNAL. VOLUME5 NOMOR 12, Halaman 4174 – 4187.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI