Mohon tunggu...
nurul rahmat febriady
nurul rahmat febriady Mohon Tunggu... Saung AA Iyuy

Ketika seseorang mampu memberikan kebaikan untuk orang lain disitulah indahnya hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sultan Maulana Hasanuddin: Pendiri Kesultanan Banten dan Arsitek Kejayaan Perdagangan Rempah

5 September 2025   01:49 Diperbarui: 5 September 2025   01:49 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

1. Latar Belakang dan Awal Pemerintahan

Sultan Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunungjati, menjadi Sultan pertama Kesultanan Banten sekitar 1552--1570. Ia mengambil alih kendali Banten Girang dan memindahkan pusat pemerintahan ke pelabuhan muara Sungai Cibanten---cikal bakal Banten Lama---sebuah langkah strategis yang membuka jalan kemakmuran selanjutnya .

2. Ekspansi Politik dan Ekonomi Rempah

Dengan cerdas, Sultan Hasanuddin mengamankan pasokan lada lewat ekspansi ke wilayah Lampung, serta menjalin kerja sama dagang dengan kekuatan asing seperti Portugis Malaka, sehingga Banten menjelma sebagai pelabuhan rempah yang makmur .

3. Perkembangan Kota dan Modernisasi

Banten Lama dirancang menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan yang teratur dan kuat, dengan benteng tebal, kanal, dan jalanan yang menandakan perencanaan kota yang matang sejak era awal kesultanan .

4. Jejak Arsitektur dan Religi

Masih terdapat jejak peninggalan Masa Pemerintahan Sultan Hasanuddin di situs Old Banten, termasuk Masjid Agung Banten (sekitar 1566) dan makam para sultan, yang menjadi destinasi wisata sejarah dan religi hingga kini .

Karena Ini Bukan Sekadar Sejarah...

Tertarik menyelami lebih dalam? Di blog Saung AA Iyuy kamu bisa menemukan narasi penuh kehidupan rakyat Banten di masa itu, kisah-kisah legenda lokal, dan lanskap visual Banten Lama yang memikat---hal-hal yang tidak selalu tercantum di buku sejarah besar.

Klik link berikut untuk mengunjungi dan menikmati perjalanan sejarah yang lebih personal, penuh detail, dan kaya visual:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun