Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Efek Media Sosial, Durasi Fokus Manusia Lebih Pendek ketimbang Ikan Mas Koki!

30 Maret 2024   13:41 Diperbarui: 30 Maret 2024   13:54 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ke mana-mana nggak lepas dari gadget dan socmed (dok. Bukanbocahbiasa.com) 

Siapa yang begitu bangun tidur, auto cari HP dan cek update medsos?

Siapa yang kalau habis sholat, baruuu assalamualaikum tengok kanan -- kiri, eh... bukannya dzikir, tapi malah ngerogoh ponsel dan lagi-lagi ngecek social media?

Uhuuk, kalian tidak sendirian kok, gaes. Mayoritas netizen jaman now melakukan hal serupa (termasuk saya). Akibatnya bisa ditebak. Kita semakin addicted/kecanduan dengan gadget, media sosial, dan segala hal yang berkelindan di sekitarnya. Sejumlah riset telah merilis hal ini. Satu riset yang beneran mindblowing banget, yaitu hasil studi Microsoft (tahun 2015) yang menyebutkan bahwa durasi fokus manusia untuk melakukan satu hal dalam satu waktu lebih rendah dari ikan mas koki!  Jadi, sebanyak 2000 responden dilibatkan dalam riset ini. Tim Microsoft melakukan tes elektroensefalografi guna mengetahui kemampuan otak.

Hasilnya, 44% orang berusaha keras untuk fokus melakukan hal yang sedang mereka lakukan. Sementara 45% lainnya mudah terdistraksi dengan aktivitas seperti mengkhayal. Dari riset ini pula, terkuak fakta bahwa 77% responden bilang, bakal langsung melihat ponsel apabila tidak ada hal lain yang lebih menarik perhatian mereka. 

Kesimpulan apa yang bisa diambil dari riset ini? Yap, perkembangan teknologi informasi (TI) telah menyebabkan penurunan durasi fokus. Ini tentu diperkuat dengan hasil penelitian yang menyebut tingkat konsentrasi manusia menurun sepanjang 2000-2015. Jadi, pada tahun 2000 (perkembangan dunia TI belum massif) riset menunjukkan rata-rata otak manusia mampu fokus selama 12 detik. Nah, di tahun 2015 (tatkala TI semakin masif) otak manusia hanya bisa fokus selama 8 detik saja! Dan ini artinya satu detik lebih rendah ketimbang durasi fokus ikan mas koki.

Hufftt, kita kudu respon gimana ya gaes, terhadap hasil riset ini? Ketawa miris? Atau mengangguk setuju? Atau kombinasi keduanya?


Yang jelas, saya sendiri mengamini hasil riset ini. Keberadaan media sosial benar-benar jadi "terror" baru. Ketika mau bikin satu artikel ini aja, saya bolak-balik terdistraksi dengan notifikasi di berbagai kanal socmed. Mau diabaikan tuh bikin penasaran. Jangan-jangan penting... jangan-jangan itu info job... jangan-jangan ada yang ngabarin hadiah kuis sudah cair....

Yeah, begitulah. Saya terlampau banal menceburkan diri ke dalam pusaran socmed. Agak sulit untuk bisa lepas dari jeratan notifikasi, karena yahh gimanaaa ha wong saya blogger sekaligus penggemar aneka kontes/Giveaway di socmed. So, aneka informasi, peluang berburu rezeki, semua berpadu di jagad digital.

Bukannya healing, di danau yang tenang pun masiiihhh main socmed (dok. bukanbocahbiasa.com)
Bukannya healing, di danau yang tenang pun masiiihhh main socmed (dok. bukanbocahbiasa.com)

Akan tetapi, harus diakui, sebagaimana pekerja kantoran butuh cuti, saya-pun (si freelance blogger dan quiz hunter ini) juga butuh rehat sejenak. Detoksifikasi alias puasa socmed. "Even Lovers need holiday", gitu kata Chicago dalam kutipan tembang Hard to Say I'm Sorry. Se-cinta-cintanya eikeh dengan socmed, ya ada baiknya aku (sesekali) ambil jarak. Jeda sebentar. Tekan tombol pause. Supaya jiwa raga tetap baik-baik saja. Karena banyak banget konten socmed yang tanpa disadari membuat batin terkaing-kaing. Contoh kecil aja, parade kesuksesan teman-teman jaman sekolah. 

Loh, itu kan bocah yang dulu nyaris nggak naik kelas, kok sekarang jadi manager korporasi gede

Loh, kok si anu sekarang jadi cakep banget? Dia operasi plastik nih pasti. Dulu mukanya buluk, kok.

Lahhh, heran deh, kok anaknya si X bisa juara olimpiade segala macam, ya? Padahal emak bapaknya mediokre. Jangan-jangan nyogok jurinya tuh. Atau dia anak angkat?

Hakdesshhh! Aneka su'udzon auto mencuat manakala insecure lihat postingan socmed. Iri, dengki, nyinyir, julid, semua berpadu jadi satu. Ditambah lagi, hobi manusia yang demen banget komparasi, membanding-bandingkan hidup. "Kok hidup dia kelihatan enakkkk banget yha? Sementara hidupku kayak hamster, jalan di tempat!"

Arggghhh!

***

Kalau sudah ada tanda-tanda mengarah ke "depresi level dini", ada baiknya kita tekan tombol pause dulu yah. Detoksifikasi socmed dulu. Segala yang berlebihan memang tidak baik. Apalagi, over dalam interaksi di media sosial. Kalaupun berdalih "Tapi saya cari duit dari situ..." ya anggap saja kita tengah ambil cuti. Nggak perlu lama-lama. Puasa medsos barang 2-4 hari, itu sudah cukup kok. 

Dan sama seperti puasa Ramadan, ada waktu sahur dan buka juga Jadi, nggak perlu saklek beneran "STOP" sama sekali.  Apalagi seumur hidup!  :)

***

Ketika Kompasiana mengangkat tema ini, saya memasang status di Twitter dan Facebook. Beberapa rekan memberikan respon, yang paling epic adalah respon koh @herrysw (reviewer gawai dengan follower 77K di twitter)

Ketika saya bikin status "Teman-teman Pernah Terpikirkan untuk Detoks/Puasa Socmed, kah? Alasannya apa?"

Sumber: Facebook Nurul Rahmawati  
Sumber: Facebook Nurul Rahmawati  

Koh Herry SW menjawab, "Saya pernah. Malahan detoks laptop sekalian selama beberapa hari. Alasannya: sakit kepala tak kunjung sembuh. Setelah beberapa hari tidak memakai laptop, dan hanya sedikit sekali pakai ponsel, eh... sakit kepalanya sembuh.

"Serius, Koh? Semacam Psikosomatis kah?"

"Serius. Entah apa istilahnya. Waktu ke dokter, dokter bilang ini sih nggak perlu diberi obat. Cukup jangan main laptop dan ponsel dulu beberapa hari. Trus, saya tawar dong. Kalau tanpa ponsel sama sekali nggak bisa nih :P"

Nah nah nahh... jadiii, buat teman-teman yang mungkin ada keluhan sakit kepala, emosi bergejolak mode senggol bacok, kecemasan tiada henti, ketakutan berlebihan atau ada perasaan gundah gulana yang tak berujung.... Ada baiknya coba untuk Puasa Socmed ya.

Kalau Puasa Ramadan bisa membentuk kita jadi insan yang bertaqwa, maka Puasa Socmed insyaAllah bisa menjadikan jiwa raga kita baik-baik saja. Bye-bye aneka sindrom mental health, anxiety, burn out, insecure, gagal fokus, psikosomatis dan teman-temannya. 

All is well!

PS: teman-teman bisa baca respon tweet di postingan twitter @nurulrahma ya :) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun