Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pesan Emil Dardak: Ayo Kembali Belajar dengan Jadi Independent Learner!

3 Januari 2021   07:42 Diperbarui: 3 Januari 2021   07:51 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

FRUSTRASI. Yap, inilah yang saya (dan mungkin jutaan ibu-ibu lain) rasakan, manakala pandemi corona tak kunjung usai. Selain mengguncang ekonomi rumah tangga, pagebluk ini juga menciptakan tantangan sekaligus kejenuhan baru: PJJ alias Pembelajaran Jarak Jauh. Setiap anak memang harus kembali belajar, walaupun dalam kondisi tidak ideal, lantaran angka positif covid yang terus naik-naik ke puncak gunung.

Sedikit disclaimer, ya. Saya ini masuk kategori emak yang nggak bodo-bodo amat, lah. Dua kali lulus UMPTN, di Teknik Informatika ITS dan Ilmu Komunikasi Unair. Artinya, SEHARUSNYA saya bisa dong, jadi "guru dadakan" buat anak. Apalagi, pas zaman kuliah, saya juga punya side job sebagai guru les privat.

Nah, begitu pandemic datang, dan mengharuskan anak-anak belajar di rumah, ternyataa..... hidup tak semudah itu, ferguso! Entah kenapa, daya tangkap saya lemot banget. 

Hasrat buat memelajari buku paket dan LKS siswa juga lenyap ke Timbukti. Segala situs belajar sudah saya akses (you name it: ruangguru, zenius, dll) dan aneka channel YouTube yang mengajarkan tutorial pelajaran SMP kelas 8. Tapiii, kok syusyah banget ya, untuk mendalami isi materi? Kalau saya sendiri kesulitan buat paham isi pelajaran, bagaimana saya melakukan transfer knowledge ke anak?

Daaann, ini berlangsung selama (hampir?) setahun, sodara-sodara sekalian.

Rasanya?

Ya udah gitu, lah. Susah dideskripsikan dengan kata-kata.

Mendadak, saya benci banget ama diri sendiri. Benci karena nggak bisa jadi ibu yang baik. Benci karena tidak mampu meng-encourage anak untuk tetap belajar di kondisi pandemic.

Arrggghh, saya frustrasi!

***

Sampai akhirnya, Mbak Avy (Kompasianer senior Surabaya) mengajak para content creator untuk silaturahim dengan Bapak Emil Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur. Acara berlangsung gayeng, di Resto Frangipani Jemursari Surabaya, Sabtu, 26 Desember 2020.

dok. pribadi
dok. pribadi
Mumpung ketemu Wagub, saya sempatkan numpang curcol di forum ini. "Mas Emil, saya kayaknya mewakili curhat para emak se-Indonesia, deh. 

Terus terang, PJJ ini bikin kami gundah gulana. Karena ortu kan belum tentu punya skill pedagogic/mengajar, jadinya kami sering kelimpungan. Pemprov Jatim apa nggak punya terobosan ya, dalam hal proses belajar mengajar ini?"

Walau tertutup masker, mas Emil auto tersenyum (kelihatan dari lengkung matanya). Nih Wagub emang terbaik, dah! Bisa tabah sampai akhir dengerin mak-mak curhat wkwk. Dan, beliau yang lebih muda ketimbang saya itu, menggapai mic, seraya berujar dengan nada rendah.

"Kalo ngomong soal Pendidikan, saya juga terdampak. Sama saja, karena anak saya yang SD juga sekolah dari rumah. Kita sadar betul ini pandemi. Tidak ada yang menduga bahwa kita akan mengalami pandemic dalam jangka waktu yang lama. Tentunya ada hal-hal yang berat. Pengorbanan yang harus kita hadapi. 

Bukan hanya orang tua, guru juga mengalami kesulitan. Banyak complain dari ortu, guru dianggap magabut (makan gaji buta). Padahal, guru effort-nya juga luar biasa. Harus bikin materi belajar online, tetap siapkan administrasi siswa. Harus kita sadari dan garisbawahi, kondisi ini memang sangat tidak ideal.

Kemendikbud memang punya kebijakan seputar Pendidikan untuk siswa, tapi tetap memberikan ruang untuk daerah yang zona kuning. Padahal, di Jawa Timur, kasus covid naik 3 kali lipat sejak 19 November. Ini artinya kita harus menabahkan diri dan antisipasi, karena belum bisa belajar tatap muka.  

Yang harus kita lakukan adalah Realistis, tapi tetep kreatif.

Realistis bahwa keterbatasan tidak bisa dihindari, tapi harus kreatif untuk mekmaksimalkan apa yang ada. Saya sempat datang ke satu SMA, berdiskusi soal koneksi dan kuota untuk melakukan zoom meeting. 

Lalu saya usulkan kepada jajaran guru di sana,  lebih baik guru bikin materi pre-recording (direkam) karena lebih stabil. Selain itu, bisa tampilkan slide juga. Nah, baru Ketika zoom meeting, siswa langsung diskusi intensif dengan gurunya. Ini bisa dilakukan, karena materi kan sudah di-share sebelumnya."

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi
***

Cara bicara Emil Dardak sungguh menenangkan. Soothing. Membuat semangat "all is well" tertanam dalam jiwa emak-emak yang panik. Sungguh, saya kuatir dengan SEGALA HAL terkait perkembangan kognitif dan kejiwaan anak. 

Nggak berangkat sekolah, nggak ketemu dengan teman, tidak bersosialisasi dengan ideal. Pandemi ini sungguh menerbitkan kekhawatiran yang super duper lebay dan overthinking yang menjerat setiap saat.

Dengan gestur tubuh yang tenang dan super kalem, Emil membagi kisahnya ketika sempat bersekolah di negara Singa. "Tahun 1999, saya dapat beasiswa sekolah SMA di Singapore. 

Itu udah berapa tahun yang lalu, ya.  Sudah 2 dekade yang lalu. Ini SMA Sekolah unggulan yang juga almamater Lee Kwan Yew. Menariknya, suatu ketika, kami diwajibkan oleh Kepala Sekolah untuk tidak masuk sekolah selama seminggu. Kenapa? 

Kami diminta untuk menerapkan e-learning, belajar dari rumah. Anak-anak harus punya skill independent learning. Pandemic ini beri kita keterpaksaan untuk menjawab analisa yang sudah dibangun selama ini. 

Belajar secara mandiri, bukan  terikat dengan adanya guru semata. Tapi, benar-benar belajar secara mandiri. Kalau kita memaksakan untuk sekolah tatap muka, padahal situasi masih begini, maka artinya Kita menghilangkan kesempatan untuk membangun independent learner."

Saya kutip dari https://chloeburroughs.com/become-independent-learner/: An independent learner takes responsibility for their own learning. They are self-motivated and accept that frustration in the present is worthwhile to achieve future success. They are curious and they engage in what they're learning.

Independent learners take initiative. They are good problem solvers but they also know when to seek help. Independent learners think about and plan for the future. They are intentional with their study and choose the right methods to fit their course. They manage their time and are dedicated to self-improvement.

Ultimately, an independent learner understands that they are responsible for their own education. They take charge of their life and accept that no one will hound them to put more effort or time into their own achievements.

***

Setelah pulang dari pertemuan dengan Emil Dardak, sepanjang perjalanan saya berkontemplasi. Yap, pandemic memberikan banyak hikmah terselubung untuk diri. Situasi sulit yang terjadi hampir sepanjang tahun 2020 juga membuat kita kian mengenal diri kita sendiri.

Bisa jadi, saya adalah Sebagian dari kumpulan ortu yang hanya bisa berkubang keluh. Mengutuk keadaan, dan tidak punya greget untuk bisa mencari sisi positif dari aneka kejadian yang berlangsung di pagebluk ini. Kalau saya sebagai ibu sedemikian ciutnya, bagaimana dengan anak?

Padahal, anak bakal me-resonansi perasaan dan karakter ortunya! Hadeeh. Maka, mumpung masih semangat tahun baru, saya mencoba berdamai dengan diri sendiri. Berdamai dengan keadaan. 

Berdamai dengan fakta 'ya, pandemic masih ada'. Dan kemudian mencoba mengaplikasikan resep 'independent learner' yang sempat di-share Pak Wagub Jatim.

BISMILLAH! Semangaaatt, gaes! Ayo Kembali Belajar dengan Menjadi Independent Learner

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun