Mohon tunggu...
Nurul Habibah
Nurul Habibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang berusaha mencari kesibukan

Selanjutnya

Tutup

Love

Parasosial: Hubungan Emosional antara Individu dan Tokoh Media

31 Mei 2023   14:50 Diperbarui: 31 Mei 2023   15:11 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Kita mungkin pernah menemukan seseorang yang menyebut dirinya pacar, orang tua, kakak, adik, atau hubungan lainnya dengan figur publik yang dilihat di media. Hal ini biasanya diikuti dengan reaksi emosional seperti senang, sedih, marah, atau terharu ketika figur publik tersebut mengalami sesuatu. Nah, kalau sudah begini, itu artinya orang tersebut terjebak dalam sebuah hubungan yang disebut parasosial.

Apa sebenarnya hubungan parasosial itu? Menurut Shira Gabriel dan Tamara Perriwinkle (2010) parasosial adalah hubungan yang terbentuk antara penggemar dengan tokoh publik atau karakter fiksi melalui media. Mereka mengatakan bahwa individu membentuk ikatan afektif dan merasa terhubung dengan tokoh atau karakter tersebut, walaupun hubungan tersebut tidak saling berlangsung.

Hubungan parasosial ini sebenarnya bukan fenomena baru. Namun, seiring dengan meningkatnya perkembangan teknologi, semua orang mempunyai akses yang lebih luas untuk mengetahui informasi mengenai seorang figur publik. Akses tersebut seolah membuka pintu hubungan parasosial menjadi lebih lebar dengan tersebarnya beberapa informasi personal yang secara gamblang disampaikan oleh figur publik. Pada akhirnya, orang-orang yang melihat informasi tersebut merasa relate dan terbentuklah hubungan parasosial.

Bagaimana dampaknya? Hubungan parasosial ini memiliki dua dampak, positif dan negatif. Positifnya, untuk publik figur, ini dapat menjadi cara untuk meningkatkan pemasukan dan kepopuleran serta mempertahankan eksistensi namanya di media. Sementara untuk penggemar, ada beberapa dampak positif. Pertama, ditemukannya sosok panutan atau role model. Ini akan membentuk seseorang dengan karakter positif yang mirip dengan karakter figur publik yang digemari. Kedua, bertambahnya relasi. 

Pada umumnya, penggemar akan membuat suatu pangkalan berkumpulnya para penggemar publik figur yang sama, dari sanalah mereka berkenalan satu sama lain hingga ada beberapa yang menjadi teman dekat. Ketiga, terbentuknya jiwa sosial yang tinggi. Entah sudah berapa gerakan donasi dan aksi sosial, dengan jumlah dana tidak main-main, yang dilakukan sekumpulan penggemar dengan mengatasnamakan satu publik figur demi membantu sesama. Keempat, support system. Banyak yang merasa hidupnya terselamatkan oleh karya-karya seorang figur publik.

 Dampak negatif dari hubungan parasosial biasanya ditandai dengan berubahnya perspektif seseorang terhadap figur publik. Mereka yang rela menggelontorkan dana, waktu, dan tenaga untuk publik figur merasa memiliki hak atas figur publik tersebut. Alhasil, mereka jadi berani mengusik privasi idolanya. Melarang idolanya berbuat ini itu, membuntuti jadwal pribadi idolanya, meneror tempat tinggal atau sosial medianya, dan banyak lainnya.

Sebenarnya sah-sah saja ikut merasa emosional untuk orang yang tidak pernah ditemui langsung, tapi perlu diingat untuk selalu memberi batasan. Alangkah baiknya seorang penggemar dapat mengatur perasaannya agar tidak merugikan baik diri sendiri maupun orang lain, termasuk si figur publik. Jika kedua belah pihak dapat memberi ruang dan menempatkan diri, maka akan tercipta hubungan parasosial yang berakibat positif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun