Mohon tunggu...
Nurul Muslimin
Nurul Muslimin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang Biasa yang setia pada proses.

Lahir di Grobogan, 13 Mei 1973

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah dan Tantangan untuk Generasi Digital

22 Juli 2017   17:04 Diperbarui: 24 Juli 2017   02:56 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menarik apa yang dibincangkan para nara sumber di acara Jogja Semesta ke-99 Hari selasa, 18 Juli 2017 di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, kemarin. Temanya tentang Djogja Kembali: Tantangan Generasi Milenial. Apa yang menarik? Mari kita obrolkan...

Saya tidak akan mengupas sejarah detail tentang apa dan bagaimana peristiwa Djogja Kembali ada dan terjadi,  tapi lebih luas lagi pada nilai-nilai sejarah yang saat ini menjadi 'barang antik' sehingga berharga 'mahal'. Mengapa mahal? Karena, betapa langkanya generasi muda sekarang yang concern pada studi sejarah. Bahkan ketika muncul satu nara sumber di acara Jogja Semesta tersebut yang dari kalangan generasi muda dan saat ini sedang menempuh studi sejarah, tak sedikit audience yang cukup salut pada pilihan anak muda ini. Betul-betul langka.

Mendengar kata 'sejarah' saya yakin sangat langka generasi muda sekarang yang merespons secara baik. Di tengah 'gemerlap'nya kemajuan teknologi informasi sekarang ini, generasi muda seakan hanya melihat ke depan. Secara ekstrimnya mempunyai visi futuristik. Jauh ke depan, tanpa menengok ke belakang. Menengok sejarah perjalanan bangsa yang sarat akan nilai-nilai positif. Melihat kembali di mana bangsa Indonesia mengalami peristiwa dahsyat dalam memperoleh kemerdekaannya dan sekaligus berdarah-darah dalam mempertahankannya.

Sejarah pada dataran realitas sesungguhnya meninggalkan jejak-jejak, baik yang positif maupun negatif. Tapi akan mempunyai manfaat yang baik, jika kita bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Sekaligus menggunakan nilai baik sebagai teladan bagi kita. Juga membuang nilai buruk yang telah terjadi dan menjadikan pelajaran yang berharga bagi tindakan kita ke depan.

Gemerlapnya dunia digital dengan perkembangan teknologi sekarang ini seakan memacu kita untuk berbuat apa saja sesuai arus mainstream. Seakan tanpa pengendali nilai-nilai. Euforia komunikasi via media sosial juga telah banyak melalaikan kita akan nilai-nilai etika. Banyak para penjahat dan penyebar hoax (berita bohong) bersembunyi di balik akun-akun palsu. Nilai-nilai kesatria yang diwariskan para leluhur telah lenyap entah kemana. Lalu, kemana nilai-nilai warisan sejarah itu sekarang?

Ini rupanya yang mestinya menjadi PR (Pekerjaan Rumah) bagi kita sebagai anak bangsa. Saling mengingatkan untuk anak-anak kita agar tetap melihat sejarah sebagai nilai teladan. Bagaimana caranya?

Menurut hemat saya, ada beberapa hal yang patut kita lakukan untuk melestarikan nilai-nilai sejarah di tengah industri kreatif yang sangat pesat berkembang, di antaranya adalah:

1. Tetap konsisten dalam mengingatkan nilai-nilai luhur sejarah untuk tetap kita pakai sebagai paradigma berfikir dan tindakan dalam aktifitas kita. Bisa melalui peringatan-peringatan peristiwa sejarah dengan mengambil nilai positifnya. Jangan lupa menggunakan kemasan kreatif untuk kita publish sebagai moral campaign.

2. Jangan hilangkan pelajaran sejarah dalam proses pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah. Dengan kemajuan era kreatif sekarang ini, tentu perlu sentuhan kreatif pula. Misalnya membuat film kartun/animasi tentang sejarah, membuat pertunjukan-pertunjukan di sekolah dengan base on true story peristiwa sejarah.

3. Perbanyak konten-konten sejarah dalam media sosial. Dengan menampilkan tokoh dan keteladanannya. Bisa berbentuk film, event atau seni rupa.

4. Masukkan konten sejarah dalam industri kreatif. Bisa melalui game (permainan), film kartun (animasi), pertunjukan musik, drama musikal, teater, dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun