Mandi Katulistiwa
Pukul 02.00 WIT, alarm tanda darurat berbunyi keras sampai ke kamar disertai dengan teriakan komando dari pasukan TNI AL yang menyuruh kami semua untuk keluar kamar dan naik ke geladak. Wah, ada bencana apa nih? Pikir saya yang sangat kaget dengan suara alarm dan teriakan pasukan.Â
Saya sudah berpikir macam-macam. Dari kapal menabarak sesuatu di tengah laut sampai ada sesuatu bencana yang akan menyebabkan celaka bagi kami. Mata baru saja dipejamkan pukul 00.00 WIT, sehingga belum sadar betul.
Saat keluar kamar, saya melihat banyak orang yang berlarian melewati lorong dengan kondisi lampu yang gelap. Ditambah beberapa orang berpenampilan seram menyerupai hantu. Setelah itu baru saya sadar bahwa ini adalah rekaan anak buah kapal yang ingin mengerjai kami.
Sesampainya di geladak, kondisi tetap gelap. Hanya ada cahaya kemerahan dari geladak helly yahg ternyata flare light untuk kondisi darurat dan isyarat meminta bantuan.
Benar, kami sedang dikerjai. Semua peserta dipaksa jongkok di geladak mendengarkan pasukan TNI AL bicara dengan nada tinggi seakan marah besar. Sesekali terdengan letusan suara senapan!Â
Kami semua merunduk dan tak lama kemuadian mereka menggelar teatrikal yang mengisahkan Dewa Neptunus, dewa penguasa lautan.
Para pelaut di dunia, kisah Mayor Laut Priyo, selalu mengikuti tradisi Mandi Katulistiwa, terutama para pelaut dari Yunani yang selalu melakukan tradisi ini.Â