Hasil PPM KPC kini dapat dirasakan, bukan dongeng manis belaka, melainkan bukti nyata yang mengubah kehidupan.
RKPL: Remaja Masjid yang dulu hanya berkumpul di masjid, kini mengelola kompos, kontrak pemeliharaan taman, hingga jasa kebersihan.
Composting Training Center (CTC):Â Menjadi pusat belajar pengolahan sampah bagi anak sekolah, ibu rumah tangga, hingga komunitas luar daerah.
Peternakan Ayam Petelur: Dengan 53.000 ekor ayam, asosiasi warga kini mampu memenuhi 40% kebutuhan telur di Sangatta.
Pabrik Pakan Mini: Produksi 35 ton per bulan, membuka jalan kemandirian peternak.
UMKM Lokal: Lahirnya Olsa Bara (pusat oleh-oleh) dan batik khas Kutai Timur Wakaror, bukti bahwa masyarakat tidak lagi hanya menjual tenaga, melainkan juga jati diri dan identitas budaya.
Di etalase Olsa Bara, terpajang batik-batik indah karya para pembatik yang tergabung dalam Kelompok Pembatik Kutai Timur, yang dulu pernah menjadi binaan KPC. Dan kini, mereka telah mandiri.
Ada empat sanggar yang tergabung dalam kelompok tersebut, terdiri dari Bu Ises Rahayu (Sanggar Batik Arit Lepo), Pak Risno Asan Sanjaya (Sanggar Batik Paku), Ibu Masniar (Sanggar Batik Galuh Kartini) dan ibu alm Juwita (Sanggar Batik Maju Bersama) yang usahanya kini diteruskan oleh anak beliau.
Empat sanggar yang kini telah mandiri tersebut, dulu hanya menghasilkan karya rumahan, kini karya-karya mereka menjadi simbol kebanggaan daerah.
Tanpa pendampingan awal KPC, barangkali batik-batik indah itu hanya tersimpan di rumah. Kini ia bisa dipajang, dijual, bahkan dijadikan hadiah berharga. Mereka bukan hanya menjual kain, tapi juga menjaga harga diri.
Dari Ketergantungan Menuju Kemandirian
PPM KPC bukan program yang berjalan tanpa akhir. Ada saatnya pendampingan harus dilepas. "Penyapihan" ini bukan tanda meninggalkan, melainkan cara memberi ruang agar masyarakat berdiri dengan kaki sendiri.