Mohon tunggu...
Nurul Huda
Nurul Huda Mohon Tunggu... Pemikir dan penganut personifikasisme

saya suka sharing dengan semua orang. semoga bisa menjadi inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Maulud Nabi di Kampung Kademangaran (Muludan)

24 Desember 2014   03:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:36 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga kini dan hari ini, tradisi Maulid Nabi yag diadakan di masjid dan surau surau di kampung Kademangaran yang dikenal dengan sebutan Muludan masih ramai terngiang, dari tanggal 1 Rabiul Awal hingga tanggal 12 Rabiul awal sebagai puncak perayaan maulid. Suasana maulid yang (lagi lagi) penuh dengan suasana kebersamaan sungguh membuat saya yang saat ini merantau tidak akan pernah melupakan kenangan masa kecil untuk merayakan Maulidan. Terngiang saat saat pertama kali saya bisa berbicara di depan halayak dengan menggunakan microfon adalah salah satunya melalui perayaan Maulidan ini, dimana saya mendapat giliran untuk membaca kitab Al Barzanji dan bacaan saya diakhir bait syair disambut oleh teman teman sebaya dengan menyebut asma Allah... aaah..., sungguh begitu indah masa masa itu. Ingin rasanya saya kembali ke masa itu.

[caption id="attachment_361430" align="aligncenter" width="261" caption="Muludan di Langgar Beton Kademangaran"]

1419339853639976070
1419339853639976070
[/caption]

Dan yang tak kalah indah adalah saat selesai acara maulidan, saya dan teman teman makan compreng (makan bersama dalam satu wadah besar), aiih... tambah kangen saja ingin pulang ke kampung Kademangaran dan ikut acara maulidan. Tak kalah seru lagi saat hari ketujuh acara maulidan, tradisi makan dalam compreng ditambah dengan dibagikannya buah buahan dan makanan kecil didalam layah (piring tanah liat) yang dikenal dengan istilah Tekuwinan. Nah untuk tradisi yang ini hanya ada di Tegal saja, konon tekuwinan adalah cara para orangtua untuk menyemangati anak anak kecil seperti saya agar ikut meramaikan maulidan dimesjid, dengan dibagikannya makanan kecil dan buah buahan, anak anak menjadi semangat mengikuti perayaan maulid nabi.

Puncak acara maulid nabi adalah malam tanggal 12 Rabiul Awwal. Biasanya kue, jajanan, dan makanan akan keluar secara jor joran di acara puncak ini, dimana setiap jama'ah akan dibagikan besek atau orang kampung menyebutnya Berkat Maulid (orang media menyebutnya Berkah Maulid *sedikit menyesatkan publik). Adakalanya beberapa masjid di kampung Kademangaran mengadakannya di pagi hari tepat di tanggal 12. Nah, perbedaan perayaan itulah yang biasanya dimanfaatkan oleh kami yang masih anak anak untuk mendapatkan banyak makanan yang menurut kami langka dan tidak kami temui di hari hari biasa (jiaah pinter juga nih piyik piyik). Kami sangat girang dengan datangnya maulid, selain mendidik kami untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah, kami juga ketiban berkah banyak makanan he he he... namanya juga anak anak.

Sebagian orang membenci acara perayaan maulid ini, terutama orang orang yang anti dengan Baghdad atau Irak, sebab orang pertama yang mendukung perayaan ini adalah penguasa Baghdad (Raja An-Nasr) yang saat itu menjadi sahabat Raja Salahudin Al Ayubi (tau dooong... golongan orang orang ini...). Sebagian yang lain juga menganggap acara ini hanya meniru niru perayaan Natal di masjidil Aqsha saat kaum kristiani menduduki Yerusalem di perang salib, sehingga termasuk Haram (tau juga doong kelompok orang orang ini... he he he).

Tapi jujur, dimata saya hikmah perayaan maulid di kampung kademangaran benar benar membentuk karakter saya untuk senantiasa cinta kepada Rasulullah SAW, membentuk ukhuwah islamiyah, dan membentuk mental gotong royong yang menjadi ciri khas budaya masyarakat Indonesia. Saya banyak belajar ber empati dari perayaan acara ini, sebab kami akan saling berbagi makanan sesama teman yang saat itu belum mendapatkan makanan.

Oooh indahnya seni budaya jika dibungkus dengan nilai nilai Islam, efek spiritualnya benar benar bsia dirasakan hingga ke relung hati. Yuuk... kita ikut Muludan di masjid Al-Mubarok...?? *yuk ah!! dangkati!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun