Mohon tunggu...
Nurul Hanifah
Nurul Hanifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Menulis adalah pelarian. Pelarian yang membuatku terlalu nyaman dengannya dan tak ingin beranjak darinya :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jimpitan, Wujud Baru Solidaritas di Tengah Pandemi

11 Januari 2021   13:17 Diperbarui: 11 Januari 2021   13:20 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wadah jimpitan salah satu warga di Desa Tanjungsari, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen (Sumber: Dokumen Pribadi)

Tentu satu tradisi akan muncul dengan disertai dengan tradisi lain. Tradisi jimpitan di desa Tanjungsari juga menghidupkan kembali tradisi ronda malam. Tradisi ronda malam di desa ini sudah lama tidak mendapat perhatian dari desa. Akan tetapi, kali ini mendapat perhatian penuh kembali dari desa dan menjadi lebih terorganisasi. 

Kegiatan ronda ini diikuti oleh satu pria perwakilan dari setiap satu kepala keluarga, baik itu diwakilkan oleh kepala keluarga itu sendiri atau mewakilkan anak atau cucu laki-lakinya itu sendiri. Kelompok ronda pun dibagi menjadi beberapa kelompok dan kelompok itu terdiri dari 4-5 orang, sesuai kesepakatan dari masing-masing warga di satu RT.

Nah, kelompok ronda inilah yang akan mengambil setiap jimpitan dari warga. Jimpitan yang biasanya diletakkan di sebuah wadah, biasanya berupa gelas plastik atau gelas bekas air mineral, dan ditempatkan di depan pintu rumah warga inilah yang akan dikumpulkan oleh mereka. Biasanya mereka akan mengambilnya pada kisaran pukul 10-12 malam. 

Jadi, selain menjaga keamanan desa, kelompok ronda ini sekarang mempunyai tugas sebagai pengumpul jimpitan warga. Jimpitan ini akan disetorkan ke salah satu anggota RT yang diberi kewenangan untuk mengumpulkan jimpitan itu sendiri.

Tradisi jimpitan dan ronda menjadi sebuah ajang untuk kembali mempererat solidaritas antarwarga di Desa Tanjungsari. Tradisi yang mampu menumbuhkan dan meningkatkan peran aktif warga kembali. Mengubah sebuah tongkrongan yang biasanya hanya sebuah tongkrongan bapak-bapak dan anak muda yang kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat. 

Selain itu, tradisi ini juga merupakan bentuk kerelaan dalam hal berbagi dan kerelaan untuk bergotong-royong untuk kemakmuran bersama yang tentu sangat baik untuk terus dipertahankan keberadaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun