Mohon tunggu...
Nurul FajriyahHidayat
Nurul FajriyahHidayat Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Allah is the best planner

Allah dulu, Allah lagi, Allah terus

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Madani dalam Negeri

19 November 2021   00:10 Diperbarui: 19 November 2021   00:15 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Digambarkan sebagai sebuah peradan yang maju pada zamannya, mumpuni disegala bidang keilmuan umum maupun agama, kehidupan yang adem ayem dalam bernegara, masyarkat yang hidup tenteram dengan tingkat toleransi yang tinggi dalam penerapan keseharian yang dilaksanakan, merupakan segelintir definisi apa itu masyarakat madani.

Tidak diketahui pasti dari mana istilah ini muncul, serta mengenai siapa penggagas pertama istilah ini, namun istilah ini justru menjadi perbincangan yang kerap muncul dalam pembicraan umum kaum cendikiawan, filsuf, pemikir, bahkan pemimpin. Baik itu menjadi sebuah topik hangat diskusi ringan yang dilakukan masyarakat dalam tingkatan organisasi kecil, hingga oleh mereka yang berada dalam tingkat organisasi besar maupun terpusat. Masyarakat madani dikatakan sebagai "tafsiran" dari kata civil society, masyarakat kewarganegaraan, dan masyarakat yang berperadaban. 

Dalam teologi masyarakat sendiri, disebut -- sebut, istilah madani sendiri merupakan sebuah kata serapan dari kata Bahasa Arab "madinah" yang berarti kota, yang kemudian masyarakat madani disini ditafsirkan sebagai masyarakat "kota" yang merujuk pada kearifan masyarakat sekitar, kemajuan pola pikir, dan keunggulan diberbagai aspek kehidupan. 

Ya, masyarakat madani adalah sebuah kondisi yang sangat diimpikan pengelolaannya oleh semua kalangan. Bisa dikatakan, bahwa suatu kondisi ini sudah menjadi cita cita bersama semua kalangan. Ditelisik lebih dalam lagi, sebenarnya kondisi masyarakat madani dapat diterapkan jika keseimbangan antara semua golongan yang terdapat dalam suatu wilayah terjalin. Aspeknya pun berbeda beda.

Tolak ukur dari suatu kondisi ini tidak selamanya di nilai berdasarkan satu aspek saja. Namun, terdapat banyak hal yang menjadi penentunya. Baik itu tingat kesejahteraan masayarakat, keamanan negara, perkembangan IPTEK, hingga sikap sehari hari masyarakat disuatu wilayah tersebut.

Disebut sebut, istilah masyarakat madani telah lama muncul, bahkan sejak kepemimpinan Rasulullah SAW, yang ketika itu, beliau melakukan hijrah dari kota Makkah menuju kota Madinah dengan tujuan penyebaran syariat syariat agama islam, penyatuan rasa ukhuwah kaum muslim, serta beberapa tujuan lainnya. 

Pada saat itu, langkah pertama yang dilakukan oleh Rasulullaah SAW adalah mempersaudarakan masyarakat muslim Mekkah dan Madinah yang disebut sebagai kaum muhajiriin dan kaum anshar, hingga dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa beliau, Rasulullah SAW bersabda "Innal muslimuuna ikhwah" yang artinya "Sesungguhnya seluruh umat islam adalah sauudara". Secara teori politik, penyatuan rasa persaudaraan ini adalah langkah pertama yang sangat tepat dalam membangun harmonisasi daerah kepimimpinan. Karena dengan begitu, seluruh elemen masyarakat dalam suatu wilayah tersebut akan memiliki rasa kepemilikan, persaudaraan, toleransi, nasionalisme, gotong royong, dan kebersamaan yang mumpuni sebagimana "saudara" yang kita kenal selama ini. Namun, Langkah ini tentu akan terjalin dengan baik, jika sang pemimpin melakukan hal serupa. 

Menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin yang sudah selayaknya mengayomi masyarakat yang dipimpinnya, serta  menerapkan sikap seorang leader dalam kesehariannya. Misalnya sikap sikap yang terdapat dalam sifat wajib seorang utusan Allah SWT, yakni sidiiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Penerapan keempat sifat pokok ini tentu akan mempengaruhi sifat sifat terpuji lainnya yang akan dilakukan oleh seorang pemimpin. 

Maka tak ayal, karena penerapan sifat sifat ini, dalam buku karya astrofisikawan Michael H. Hart yang diterbitkan pada tahun 1978 yang berjudul The 100 (The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History), ia menempatkan Rasulullah SAW di posisi pertama sebagai seorang tauladan yang berpengaruh sepanjang sejarah, baik ditinjau dari segi sifat, seni kepemimpinan berikut peran yang beliau lakukan.

Perkembangan masyarakat madani dalam sejarah islam selanjutnya tergambar dalam peradaban dimasa kepimpinan Khalifah Harun Ar Rasyid saat Dinasti Abbasyiah menguasai peradaban dunia. Baghdad, yang kala itu menjadi pusat kepimimpinan dinasti memiliki kemajuan yang sangat memukau semua kalangan. Baik itu kalangan muslim sendiri, maupun nonmuslim. Ilmu pengetahuan umum dan agama berkembang pesat disana.

Ulama ulama besar terlahir dalam pelukannya, yang hingga saat ini menjadi rujukan -- rujukan penting dalam seluruh teori pembelajaran yang ada. Sekolah, universitas, observatorium, pasar, peradaban, perpustakaan, masjid dann fasilitas umum lainnya dibangun demi terwujudnya sebuah negara yang diimpikan. Ya, kala itu dinasti Abbasyiah hadir sebagai sebuah bukti kebangkitan agama islam yang tidak terbayangkan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun