Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penyantetan hingga Brutalisme, Betul(kah) Sekadar Statemen dari Demokrat?

13 Maret 2021   15:18 Diperbarui: 13 Maret 2021   15:27 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : Antaranews

Narasi yang dibangun oleh para elit politik  saat ini hanya pemanasan untuk pemilu 2024 atau memang gaya para politikus memang sudah mengarah ke tindakan sarkastis meskipun baru sekadar ucapan. Kepala boleh panas namun hendaknya hati tetap dingin begitulah kira-kira orang dahulu memberikan petuahnya dalam menghadapi gejolak suasana yang memang membuat emosi meledak-ledak. Hanya dengan statemen yang santun dan bernalar maka setiap orang di dalam mapun di luar yang berkepentingan.

Setelah Ormas FPI tidak bisa lagi berkpirah kemudian suasana sudah bisa dingin, tetiba hampir 40 hari yang lalu ada salah satu partai kontestan Pemilu yang membuat pernyataan seolah-olah partainya ada yang mengkudeta. Entah ingin bermain "playing victim" seolah-olah tersakiti agar mendapat simpati kemudian dukungan mengalir atau paling tidak ada yang ikut serta dalam masalah yang sedang dihadapi.

Tetapi sayangnya masyarakat sekarang sudah sangat cerdas sehingga pembelokan-pembelokan masalah internal bahkan pribadi tidak lagi ditanggapi. Tetapi sayangnya pembelokan-pembelokan yang sering diungkap akan menjadi seolah-olah lurus. Dalam  adagium sering sekali diungkapkan jika kesalahan sering diucapkan bisa saja akan dianggap benar, bahkan sebaliknya jika kebenaran hanya didiamkan maka akan timbul presepsi memang yang benar itu salah.

Bukan lagi yang benar katakan benar  dan salah katakan  salah biar semua orang bisa mengambil manfaatnya.  Berangkat dari mana tetiba Jenderal (purn.)  Moeldoko menanggapi pernyataan yang sebelumnya jika ada kudeta di partai berlambang mercy itu. Dengan jelas Sang Mantan Jenderal menyanggupi menjadi ketua partai hasil  KLB  dari versi pengurus yang dipecat oleh "pemilik" yang juga dianggap mengkudeta partai oleh mantan pengurus yang dipecat.  Saling pecat  begitu ya, tidak apa-apa karena siapa yang benar dalam politik  mungkin siapa sering yang berpers konferensi itu aja.

Satu panggung besar pun telah dibangun oleh partai yang mengambil nama dari partai di Amrik sana. Sadar atau tidak Jendral (purn.) Moldoko diajak bermain-main oleh  Jendral (purn.) yang juga mantan Presiden RI Ke enam itu. Dan saya, hanya bisa melihat dan sedikit mengabadikannya dalam tulisan ini, hasilnya ya... dibawa santuy-santuy saja.

Dari Kepanikan Timbullah Opini Ekstrim
Kisruh partai yang mengakibatkan orang di luar lebih mengenal siapa pemimpin partainya, kemudian sejarah partai, hingga timbul dualism.  Mungkin itu tujuannya, agar timbul pernyataan orang-orang di luar partai itu.  Ketika tanggapan sudah bermunculan mungkin pro atau kontra akan datang, perjalanan permainan peran pun dimulai oleh si sutradara,  disengaja atau tidak. Seperti pernyataan Benny K HarmaN  @BennyHarmanID, Ada tiga kemungkinanmengapa utk kasus ini presiden diam. Satu, presiden sibuk dan ini perkara kecil. Dua, presiden memelihara preman dan diduga kuat yang meninju Ratna adalah preman-preman suruhan presiden. Tiga, cara ini sudah sesuai dgn revolusi mental.

Pernyataan atau sekadar opini yang tendensinya jelas menarik-narik Istana ke dalam kisruh partai itu memang kemungkinan disengaja.  Meskipun jelas, jika dicermati cutian tersebut seolah presiden tidak mempunyai lembaga resmi dan harus menyewa preman agar cara kerjanya terlihat bar-bar. Tentu saja sikap negara tidak diam setelah cuitan itu ditelisik oleh Polri maka buru-buru ada statemen  lain yang menyatakan jika  presiden tidak memelihara preman.

Namun kalimat yang bernada sejenis hampir sama pun bermunculan seolah-olah peserta yang menolah KLB didatangi oleh intel. Sekali lagi pernyataan itu pun segera disanggah dan diuruskan kembali. Belum juga cuitan itu terkubur oleh waktu statemen lain muncul yang muncul dari seorang Bupati Lebak Banten, akan menyantet Moeldoko.  

Apakah pernyataan ini akan dilaksanakan juga sang Bupati Hj, Iti  Octavia Jayabaya. Karena tidak hanya dari Banten pendukung dari Moeldoko pun juga banyak  banyak yeng memiliki kemampuan supranatural. Sebelum malasalah itu melebar ke mana-mana Hj, Iti segera meluruskan kembali pernyataannya jika pernyataan itu spontan saja karena begitu gemasnya melihat partai yang membesarkan dirinya diobok-obok.

Ada lagi kekalutan opini dari pendukung Jendral (purn) yang juga mantan presiden mengajak orang-orang  untuk beradu tikam. Karena begitu adat orang laki-laki bukan hanya adu kata-kata, demikian inti kata pengurus partai dari Sulsel. Efek pernyataan yang ditimbulkan dari pernyataan akan menyantet belum usai sudah timbul statmen lain yang  tidak lebih sangarnya, mengajak berkelahi. Apa pernyataan mengajak berkelahi yang dilakukan sebagai tindakan nyata adalah untuk melengkapi tindakan transedental, yaitu menyantet.

Bahkan Bambang W. yang didapuk sebagai pengacara partai versi  AHY  menyatakan jika pemerintahan Jokowi telah melakukan Brutalisme, jika mengakomodir Moldoko. Satu penyimpulan dari seorang pengacara yang bombastis. Dan lagi lagi pernyataan yang kurang santun untuk dipakai  untuk mendinginkan suasana. Sebagai pembelajaran ada kata yang lebih santun  yang masih disembunyikan namun enggan diucapkan karena kurang sarkastiskah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun