Mohon tunggu...
Nurul Hidayati
Nurul Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Psychologist

Ordinary woman; mom; lecturer; psychologist; writer; story teller; long life learner :)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Menjadi Viral Berarti Menjadi Benar?

1 Agustus 2016   13:17 Diperbarui: 1 Agustus 2016   21:16 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.addison.com

“In an age of constant live connections, the central question of self-examination is drifting from ‘Who are you?’ towards ‘What are you doing?”  
  ―    Tom Chatfield,   dalam How to Thrive in the Digital Age.  

Trust is the glue of life. It’s the most essential ingredient in effective communication. It’s foundational principle that holds all relationship

(www.thequotes.in)

Di dunia yang serba cepat ini, banyak orang ingin mempercepat segala urusan mereka dengan berbagai cara. Di dunia tempat banyak orang mendewa-dewakan Tuhan-Tuhan digital, apalagi. Apabila kita tidak mempergunakan akal sehat dan hati nurani, jebakan-jebakan telah menanti.

Kalau dahulu, Nabi besar umat Islam selalu bertanya perihal dari siapa berita itu berasal, dan apakah seseorang tersebut bisa dipercayai keterangannya sebelum mengambil kesaksiannya mengenai suatu peristiwa, saat ini sepertinya kita sering memilih untuk terlena atau abai saja.

“Ndak perlu lah cari tahu-cari tahu gitu, tar dikira kepo,”sergah seorang teman. Tampaknya berita yang viral di dunia media sosial, tak dirasa perlu lagi di-cek dan ricek kebenarannya. Viral berarti benar? Sungguh naif, ya, masyarakat era digital.

Kalau ada kabar angin terkait orang di lingkungan kita pun, bukankah telah menjadi adab kita untuk memverifikasi kebenarannya? Dan kalaulah iman kita adalah selemah-lemah iman, menghentikan laju berita tak jelas juntrungan dan asal-usulnya dengan tak ikut menyebarkannya barangkali pilihan terakhir.

Berita di lingkungan terdekat (real world, tentunya) relatif lebih mudah diklarifikasi. Tinggal mau atau tidak mau kita luangkan waktu untuk bertanya ke orang yang terkait berita. Atau pada sumber sekunder yang layak dipercaya. Yang trustworthy.

Namun bahkan berita dari mr socmed pun tak terlampau sulit diklarifikasi, asalkan kita bersedia luangkan waktu untuk melakukannya.

sumber. www.meetville.com
sumber. www.meetville.com
Pembuat Berita Hoax Dengan Penyebar Berita Hoax: Dosaan Mana Hayo?

Beberapa waktu lalu ada berita tentang anak yang dilecehkan secara seksual di sebuah mall di Bandung. Sudah viral ke mana-mana, daan...ternyata hoax alias berita bohong belaka. Parahnya, ketika kita telah tahu berita itu hoax, mendadak orang yang secara sengaja atau tidak sengaja (emang bisa ya, nggak sengaja..hmm) share berita tersebut bersembunyi di balik tabir ketidakpedulian. Tidak peduli bahwa berita bohong yang disebarkannya beberapa waktu lalu itu menjadi fitnah bagi pemilik, pengelola, pegawai, dan konsumen/ pengunjung mall. Tidak peduli bahwa berita bohong yang tersebar luas itu berakibat menyebarluasnya keresahan di kalangan para orang tua, guru, maupun anak-anak / remaja yang sangat akrab dengan kegiatan jalan-jalan di mall.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun