Mohon tunggu...
Nursita Juliana
Nursita Juliana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka olahraga,cita" saya menjadi Dosen,dan penerjemah,dan kemungkinan besar lainnya saya ingin membangun sekolah dinegri saya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kesehatan Mental

5 Januari 2024   13:43 Diperbarui: 5 Januari 2024   14:22 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Mampu berotonom terhadap diri sendiri (mandiri). Individu yang memiliki kesehatan mental yang baik mampu menjadi mandiri dalam mengatasi tantangan dan masalah kehidupan sehari-hari. Mereka memiliki keberdayaan pribadi untuk mengambil inisiatif, menetapkan tujuan, dan bekerja menuju pencapaian tujuan tersebut. Kesehatan mental mencakup kemampuan untuk mengambil keputusan dengan baik. Individu yang mandiri secara mental dapat mengevaluasi informasi, memahami konsekuensi dari keputusan yang diambil, dan bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan hidupnya. 

5. Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada. Individu dengan kesehatan mental yang baik memiliki persepsi yang sesuai dengan realitas. Mereka mampu membedakan antara fakta dan interpretasi subjektif, sehingga pandangan mereka terhadap dunia bersifat konsisten dan objektif. Kesehatan mental yang baik memungkinkan individu untuk beradaptasi dengan perubahan dalam kehidupan dengan cara yang realistis. Mereka mampu memahami dan merespons perubahan tanpa terjebak dalam persepsi yang distorsi atau tidak sesuai dengan kenyataan. 

6. Mampu menyelaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri. Kemampuan untuk menjaga keseimbangan emosional dan mental dalam menghadapi tekanan atau tantangan dari lingkungan merupakan ciri dari kesehatan mental yang baik. Individu yang resilien mampu pulih dengan cepat dari stres atau kesulitan. Ciri ini mencakup kemampuan untuk menciptakan keseimbangan antara kebutuhan, nilai, dan tujuan pribadi dengan tuntutan dan ekspektasi lingkungan sekitar. Individu dapat memahami diri mereka sendiri serta konteks sosialnya, menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan sosial. 

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, keduanya memiliki keterlibatan satu sama lain, bilamana seseorang terganggu fisiknya maka ia dapat dimungkinkan terganngu mental atau psikisnya, begitupun hal sebaliknya. Sehat dan sakit merupakan kondisi biopsikososial yang menyatu dalam kehidupan manusia. Scot (1961) dalam Ariadi (2013) ciri-ciri mental yang tidak sehat adalah sebagai berikut:

 1. Salah dalam penyesuaian sosial, orang yang mengalami gangguan mental perilakunya bertentangan dengan kelompok dimana dia ada. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan konflik interpersonal, serta menunjukkan bahwa individu tersebut mungkin mengalami kesulitan dalam memahami atau mengikuti norma-norma sosial yang berlaku di lingkungannya. Ketidaksesuaian ini dapat menjadi tanda adanya gangguan mental yang memerlukan perhatian dan intervensi profesional untuk membantu individu tersebut mengatasi tantangan kesehatan mentalnya.

 2. Ketidak bahagiaan secara subyektif. Perasaan terus-menerus tidak bahagia, cemas, atau sedih secara berlebihan dapat mengindikasikan adanya masalah kesehatan mental yang perlu ditangani. Penting untuk memberikan perhatian dan dukungan kepada individu yang mengalami ketidakbahagiaan ini, serta mempertimbangkan bantuan profesional jika diperlukan untuk membantu mereka mengatasi kondisi kesehatan mentalnya. 


3. Kegagalan beradaptasi dengan lingkungan, mencerminkan kesulitan individu dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan dan dinamika sosial di sekitarnya. Gangguan dalam beradaptasi dapat mencakup isolasi sosial, kesulitan berinteraksi, atau ketidakmampuan untuk memenuhi ekspektasi lingkungan sekitar. Penting untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada individu yang mengalami kesulitan beradaptasi, termasuk mempertimbangkan konsultasi dengan profesional kesehatan mental untuk membantu mereka mengatasi tantangan tersebut. 

4. Sebagian penderita gangguan mental menerima pengobatan psikiatris dirumah sakit, namun ada sebagian yang tidak mendapat pengobatan tersebut. Beberapa penderita mungkin mengalami ketidakmampuan untuk mengakui atau mencari bantuan profesional untuk mengatasi gangguan mental yang mereka alami. Hal ini dapat menjadi hambatan serius dalam pemulihan mereka. Diperlukan upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya perawatan kesehatan mental dan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi individu yang membutuhkan bantuan.

 Gangguan mental dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal atau perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat, perilaku tersebut baik yang berupa pikiran, perasaan maupun tindakan. Stress, depresi dan alkoholik tergolong sebagai gangguan mental karena adanya penyimpangan. Kesehatan mental dan fisik saling terkait, menciptakan kondisi biopsikososial yang menyatu dalam kehidupan manusia (Hidayat, 2013). Oleh karena itu, perhatian terhadap kesehatan mental harus menjadi prioritas untuk menjaga keseimbangan holistik individu dan masyarakat secara keseluruhan. 

Daftar Pustaka 

Ariadi, P. (2019). Kesehatan mental dalam perspektif Islam. Syifa'MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 3(2), 118-127. Hamid, A. (2017). Agama dan kesehatan mental dalam perspektif psikologi agama. Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako), 3(1), 1-14. Hidayat, D. R. (2013). Bimbingan Konseling: Kesehatan Mental Di sekolah. Indarjo, S. (2009). Kesehatan jiwa remaja. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1). Kartikasari, M. N. D., Fitria, Y., Damayanti, F. E., Prabu, S., Fatsena, R. A., Kusumawaty, I., ... & Budi, Y. S. (2022). Kesehatan mental. Global Eksekutif Teknologi. Rozali, Y. A., Sitasari, N. W., Lenggogeni, A., Psikologi, F., Esa, U., Arjuna, J., ... & Kebon, T. (2021). Meningkatkan kesehatan mental di masa pandemic. Jurnal Pengabdian Masyarakat AbdiMas, 7(2), 109-113. Vibriyanti, D. (2020). Kesehatan mental masyarakat: mengelola kecemasan di tengah pandemi COVID-19. Jurnal Kependudukan Indonesia, 69-74.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun