Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

2 Pembelajaran yang Patut Dipetik dari Kasus 7 Janin di Makassar

15 Juni 2022   20:10 Diperbarui: 15 Juni 2022   20:20 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi  janin manusia  (tangkapan layar IG putraku)

Dia bukan keluarga saya. Malahan tak kenal sama sekali. Sebagai seorang ibu saya prihatin dengan kondisinya dan merasa terpanggil untuk berkomentar. 

Gadis itu berinisial NM (26), korban janji manis SM (30) pacarnya, hingga hamil dan melakukan aborsi sampai 7 kali, janinnya dia simpan dalam box di kamar kosnya di Makassar. Namun 10 tahun penantiannya SM tak pernah menikahinya. Malah mencampakkannya begitu saja. 

Cewek cantik tersebut putus asa. Lalu pindah ke tempat lain, mencari kehidupan dan harapan baru. Ketujuh janin hasil hubungan gelapnya bersama SM tersebut dibiarkan tergeletak di tempat kosnya yang lama. Di sinilah awalnya aib ini terbongkar. 

Saya tidak mengulas masalah ini lebih detail, karena beberapa hari terakhir berbagai media cetak dan elektronik telah ramai mewartakannya. 

Dalam kesempatan ini saya ingin mengajak semua pihak untuk memetik setidaknya 2 pembelajaran dari peristiwa tersebut.

Pembelajaran pertama: Sebagai Anak, terbukalah kepada orang tua 

Kasus wanita dihamili pacar lalu ditinggal pergi, sering terjadi sejak dahulu kala. Hanya gaungnya belum seheboh sekarang karena minimnya komunikasi. 

Saya dan mungkin juga anda berpikir. Sepertinya NM ini pribadi yang tertutup. Dia berusaha menghadapi permasalahannya sendirian, yang ternyata 10 tahun berlalu tak kunjung bertemu ujung pangkalnya. 

Teguh menyimpan rahasia pribadi itu syah-syah saja. Tetapi dalam mengahadapi kasus serumit ini apa salahnya dia curhat ke orang tua atau sanak keluarga. Supaya ada solusi. Penghuni dunia ini bukan kita sendiri. Jika dia terbuka saya yakin banyak orang yang sudi membantu. 

Sebenci-benci dan sebodoh-bodohnya orang tua, apabila anaknya disakiti begini dia akan melakukan segala cara untuk menuntut keadilan dan mencari penyelesaian. 

Malu? itu sudah pasti. Tapi akan lebih malu jika masalahnya membuncah sejagat raya begini. Toh bukankah banyak tukang bikin malu lain di luar sana. 

Pembelajaran ke dua: Jadilah orang tua yang arif 

Saya ingin sedikit berbagi pengalaman. Selama anak perempuan saya kuliah di luar daerah, setidaknya sekali setahun saya berusaha pergi ke tempat tinggalnya, meninjau kondisinya seperti apa. 

Saya berusaha menjadi ibu yang arif, tetapi tidak usil. Setiap dia pulang saya selalu memancingnya dengan berbagai pertanyaan. Di antaranya yang paling sering, "Nak, sudah punya pacar apa belum? Kamu tuh sudah dewasa. Kalau ada jodoh yang bertanggung jawab, masa depan menjanjikan, mengerti agama, silakan nikah, kuliah lanjut, biaya tanggungan Emak." 

Dia tertawa ngakak. Padahal, saya hanya berbasa basi sekalian menjajaki apakah dia sedang bermasalah dengan dirinya dan pacarnya. Andaikan saya bertanya terus terang, "Nak apakah kamu sudah diapa-apakan oleh pacarmu?" Dia pasti marah dan merasa terpojok.

Walaupun zaman itu kami belum punya HP, minimal sekali seminggu saya nelepon dari telekom atau warnet ke tempat kosnya menanyakan kondisinya, dimana keberadaannya, dan apa kesulitannya. 

Teleponan akan menjadi ritual wajib ketika saya mendapat mimpi yang agak aneh. Nyinyiran begini saya lakukan terus-menerus  setelah dia bekerja jauh di ibu kota provinsi, sampai akhirnya dia menikah.

Berkenaan dengan NM, 10 tahun berpacaran dan bebas melakukan hubungan suami istri, 7 kali melakukan aborsi. Baberapa kali pula berpindah-pindah tempat kos, agak aneh menurut saya jika orang tuanya tidak arif terhadap kondisi anaknya. Coba samperin tempat kosnya. Tanyakan padanya ada apa dengan 7 box tersebut, masalahnya mungkin cepat tertangani dan tidak berlarut separah ini. 

Demikian kira-kira 2 pembelajaran yang bisa kita petik dari kasus 7 janin di Makassar. Terakhir mohon maaf sekiranya tulisan ini terlalu lancang. Semoga bermanfaat. ***** 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun