Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jadi Pelakor, Pilihan atau Kebanggaan?

18 September 2020   21:29 Diperbarui: 18 September 2020   21:39 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari percikaniman.id. Foto Pixabay

“Melarang suami berselingkuh, ibarat menahan buang air besar.”

Demikian filosof sobat saya yang kenyang dengan ulah suaminya tukang selingkuh. Bertahan 40 kali lebaran, sempat dimadu 3 kali. Bentengnya jebol, rumah tangganya bubar pada tahun ke 41.

Ini hanya ilustrasi, betapa susahnya membina rumah tangga,  jika di otak  suami atau istri selalu ada wanita/pria  idaman lain, kecuali pasangan halalnya.

Orang dahulu menyebutnya “hati yang mendua”. Atau “ingin berbagi/berpindah cinta ke lain hati”.

Dampak perselingkuhan berakibat buruk pada ketahanan rumah tangga. Tidak sedikit pasangan suami isteri mengawali kehidupan dengan susah payah. Untuk makan saja ngutang sana-ngutang sini.

Tatkala ekonomi mulai membaik, anak sudah punya, harta melimpah, isteri makin cantik, suami tambah ganteng. Gara-gara direcoki perselingkuhan, semuanya hancur berkeping-keping.

Dalam kasus ini, yang paling tersakiti adalah pihak yang dikhianati. Andaikan suami yang mendua, korban pengkhianatannya adalah isteri. 

Sebaliknya jika isterinya berulah,  suami yang terdzalimi.  Pada titik ini, bagi seorang laki-laki tahurahannya adalah harga diri.

Tersebab konflik beginilah suami sering gelap mata. Mereka cendrung  menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. Hukum  rimba berlaku.

Lalu bagaimana posisi orang ke tiga? Yang biasa dikenal dengan istilah pebinor (perebut bini orang) atau pelakor (perebut laki orang). Sebelumnya mohon maaf. Sebutan ini bukan merupakan luapan suka atau tidak suka. Sekadar mengikuti trend saja.

Saya belum berpengelaman punya teman seorang pebinor. Dengan pelakor? Pernah.  Sitidaknya lebih dari 3 kali.

Anehnya, ada beberapa oknum  perempuan terlahir dengan bakat perebut laki orang.  Terlepas apakah dia perawan atau janda.

Kalau cari pacar senangnya pria beristri. Seakan-akan predikat pelakor adalah pilihan hidupnya. Sehingga berjinak diri pada suami orang baginya sah-sah saja.

Era 80-90 an,  saya punya usaha sampingan salon kecil-kecilan. Rumah saya  sering ditongkrongi anak muda.  Didominasi oleh gadis dan janda. Maklum di kampung. Satu yang motong rambut, pendampingnya 1 atau 2 orang. 

Ketika mereka mau jalan-jalan atau nonton ke bioskop, cewek selingkuhannya  berangkat duluan. Mampir di ruang salon saya, numpang ganti pakaian dan  dandanan.

Tak berselang lama, cowoknya menyusul. Di  jok motornya ada barang atau karung entah berisi apa. Seakan pergi kerja mencari nafkah. Kelak benda   tersebut dia titipkan di belakang rumah saya.  Keduanya tancap gas entah ke mana. Semasa itu hanya orang-orang  tertentu yang mampu membeli motor.

Aksi begini tidak satu dua kali, oleh pasangan berbeda. Kini beliau-beliau itu sudah tua. Ketika saya senggol peristiwa tersebut. Mereka tertawa terkekeh-kekeh.

Yang paling kurang ajar, ada salah satu janda selingkuhan bercerita, “Kemirin saya didatangi oleh istrinya. Dia minta agar saya berhenti menggoda suaminya. Saya  jawab, ‘Bukan saya yang mengejar suamimu. Dia yang tergila-gila ke saya.’ “

Zaman itu di lingkungan tertentu, jika masih ingin mempertahankan rumah tangga, istri harus pandai-pandai dengan selingkuhan suami. Jangan coba-coba melabrak sang pelakor.  Kalau tak rela suami dibawanya kabur, lalu menikah. Intinya, semakin dimusuhi kelakuannya kian gila.

Mereka bergeming dinasehati. Cuek  dengan mulut orang. Mungkin baginya keberhasilan menaklukkan cinta suami orang itu suatu kebanggaan yang luar biasa.

Kasian, perempuan bersuami tukang selingkuh. Sakitnya tak ketulungan.  Apalagi jika sampai dimadu. Inilah penyakit tersakit di dunia. Kalau kurang iman, korbannya bisa senewen, sampai berguling-guling sambil memanjat pohon kelapa.

Mereka sering berada di posisi yang lemah. Mau minta cerai, banyak pertimbangan. Misalnya berat dan takut  menjalani status janda, anak banyak dan masih kecil-kecil, ditambah ekonomi yang morat marit.

Boleh jadi pula kehidupan sudah mapan terancam bangkrut. Sebab, kebanyakan oknum pelakor doyan memangsa para suami berduit. Punya motor pula. 

Kini, perselingkuhan begini telah dianggap jadul. Para pelakor dan pebinor nyaman bersembunyi dan bermain di balik perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun