Jika diselusuri lebih dalam, setidaknya ada 4 Anugerah terakbar yang saya peroleh dari body dan wajah yang serba minimalis ini;
1. Tidak Cepat Menikah
Bermodalkan kekurangberuntungan yang saya miliki, saya lolos dari tradisi pernikahan anak di bawah umur.
Andai saya lahir dan tumbuh sebagai gadis montok dan rupawan, mungkin saya tak sempat menyelesaikan pendidikan karena cepat dilamar terus berumah tangga.
Pada zamannya, di kampung saya anak perempuan 14-15 tahun sudah banyak yang punya suami. Kalau tidak, dia tergolong gadis tak laku. Di atas usia itu belum juga disinggahi jodoh julukannya naik ke level perawan tua.
Mirisnya, banyak pula mereka yang bercerai. Diantaranya baru punya anak satu, malahan ada yang ditinggal suami dalam kondisi hamil. Setelah menjanda nikah lagi cerai lagi, nikah lagi.
2. Selamat dari Godaan Pria Iseng
Pria mana, yang suka pada wanita jelek. Filosofi tetua kampung, “Selera condong ke yang enak, mata condong ke yang cantik.” Meskipun sekadar iseng, mereka pasti memilih cewek cantik.
Kata Aa Gym, “Nafsu itu datangnya dari mata.” Nah, gadis cantik adalah objek utama perburuan makhluk yang bernama nafsu itu.
Semasa sekolah saya punya teman satu kost. Sebut saja namanya Yohana. Lincah, seksi, dan berwajah kemayu, anak orang kaya pula. Dia sering ditandangi oleh lawan jenis.
Maaf, bukan bermaksud menyebar aib orang. Belum lulus sekolah, Yohana bertekuk lutut pada pria suami orang.
Alhamdulillah. Saya yang berparas minimalis ini aman dari musibah. Jangankan digoda pria, burung hantu pun lewat tak menyapa. Justru tiga tahun tinggal dikos-kosan fisik saya tumbuh seperti gadis remaja umumnya. Mentok pada tinggi 150 cm dengan berat berkisar 44-45 kg.
3. Berkesempatan Memilih Jodoh
Melanjutkan pendidikan ke luar daerah telah membuka wawasan saya. Tidak hanya peluang jodoh bertambah banyak, kesempatan menyeleksinya pun semakin panjang.