Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ini Problem dalam Berperang Melawan Covid-19 di Perdesaan

9 April 2020   10:02 Diperbarui: 9 April 2020   12:53 3174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas di Pasar Tradisional Tanjung Tanah Danau Kerinci. Dokumentasi pribadi.

Sejak seorang warganya dinyatakan positif Covid-19 pada 31 Maret lalu, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, berubah status menjadi zona merah. Namun, khusus di daerah saya, meliputi 3 desa hasil pemekaran (Tanjung Tanah, Simpang Empat, dan Dusun Baru Tanjung Tanah), tampaknya aman-aman saja. Meskipun masih ada problem di sana-sini.

Sebagian masyarakat mulai sadar dan mematuhi seruan social distancing, physical distancing, dan work from home. 

Kemarin sekira pukul 11.00 WIB saya sengaja menyusuri jalan-jalan di Desa Tanjung Tanah dan Desa Baru Tanjung Tanah.  

Kondisi jalan di depan rumah saya, di Desa Simpang Empat Tanjung Tanah, pada pukul 07.00. Dokumentasi Pribadi.
Kondisi jalan di depan rumah saya, di Desa Simpang Empat Tanjung Tanah, pada pukul 07.00. Dokumentasi Pribadi.
Tidak banyak  masyarakat yang beraktivitas di luar rumah. Kecuali petani bekerja di sawah dan nelayan menangkap ikan di Danau Kerinci. Mereka melakukannya demi perut anak isteri. Maklum, sebagian besar penduduk 3 desa ini berprofesi sebagai petani, plus sedikit nelayan. 

"Orang kantoran bisa nyari duit dari rumah. Sedangkan kami? Seperti ayam, tidak mengais tak dapat makan. Apa bisa nyangkul sawah dari rumah? Nangkap ikan di danau sambil tiduran di rumah?" kata Ibu EM  seorang petani kenalan saya.  

Yang patut diacungi jempol, tidak seorang pun terlihat anak-anak bermain di halaman. Menurut salah satu penduduk setempat, kondisi seperti ini berlangsung mulai pagi sampai sore. Sekolah, Tahfiz Alquran, dan TPA diliburkan. Sehingga desa tersebut terasa sunyi bak negeri dalam dongeng. 

Salah satu jalan dalam dusun, Tanjung Tanah. Foto ini diambil kira-kira pukul 11.30. Dokumentasi pribadi.
Salah satu jalan dalam dusun, Tanjung Tanah. Foto ini diambil kira-kira pukul 11.30. Dokumentasi pribadi.
Terkait kepatuhan anak-anak untuk berdiam #DiRumahAja, ada pengalaman menarik yang patut diselusuri. Tradisi masyatakat setempat, suka menyampaikan nasehat berbumbu mitos kepada anak-anak mereka.

"Jangan main jauh-jauh ya. Emak takut kepalamu dipotong orang gila."
"Jangan sendirian lewat di jalan raya, sekarang musim penculik berkeliaran."
"Jangan makan pemberian orang. Nanti mulutmu berdarah."

Dan banyak larangan-larangan lain berjudul "jangan" yang ditanamkan orang tua-tua kepada anak-anak. 

Awalnya saya berpikir, kebiasaan menakuti-nakuti seperti itu akan berdampak negatif terhadap perkembangan mentalitas si kecil. Salah satunya anak-anak akan tumbuh menjadi pengecut. Setelah dewasa kelak mereka akan mengalami kesulitan bersosialisasi dengan masyarakat yang lebih luas. 

Di balik itu, rupanya ada efek positifnya juga dalam upaya memutuskan mata rantai Covid-19. Saat diminta bermain #DiRumahSaja seperti sekarang ini, mereka menjalaninya sepenuh hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun