Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Khawatir Diperas "WTS", Terbongkar Fakta yang Mengharu Biru

26 Oktober 2018   23:14 Diperbarui: 27 Oktober 2018   08:48 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Percayalah, Pak Supir saya bukan wartawan. Hanya penulis artikel di blog kroyokan Kompasiana.

Pria berbaju kuning itu mengeluarkan selembar kartu identitas. Entah kartu apa, saya mengabaikannya. "Saya juga Wartawan. Merangkap LSM di Kabupaten Merangin." Wajahnya kurang enak.

Suami saya bertanya. "Biasanya bawa sawit Bang, ya."

"Apa yang ada aja. Kadang sawit. Pulangnya bawa bata merah. Kalau muatan sebelah, tidak untung. Cukup untuk setoran dan bensin aja."

Obrolan menyenggol  harga sawit. Katanya murah mahalnya komuditi itu tergantung mutu. "Makanya, jangan sok tahu membahas sesuatu kalau tak paham kualitas barangnya."

"Saya tidak hendak membahas sawit. Cuman sharing pengalaman." Saya tetap nyinyir.  "Bagaimana dengan penjahat di daerah S, dan R, yang konon ceritanya sering merampok para pengemudi yang lewat. Apa awak pernah punya pengalaman buruk?"  selidik saya.

"Kalau itu saya tidak takut. Syukur-syukur saya tidak ngerampok mereka," katanya enteng.

Kegitan bongkar muat sawit di Desa Muara Hemat. Screenshoot video kiriman Uyun Koto
Kegitan bongkar muat sawit di Desa Muara Hemat. Screenshoot video kiriman Uyun Koto
Uyun mengemudi truknya melewati jalan rusak di Desa Muara Hemat Kecamatan Batang Merangin. screenshoot video kiriman Uyun Koto
Uyun mengemudi truknya melewati jalan rusak di Desa Muara Hemat Kecamatan Batang Merangin. screenshoot video kiriman Uyun Koto
Saya minta memotret mobilnya. Dia  tidak mengizinkan. Saya berpikir, mungkin ini orang menyangka saya "WTS", atau pernah menjadi korban pemerasan "WTS". Boleh jadi  dia bagian dari warga "WTS"  itu sendiri.

Tak boleh ya sudah.  Sebelum pamit pulang,  saya tanyakan namanya siapa, dan berasal dari mana.

Saya kaget. Rupanya pria yang mengaku bernama Uyun Koto itu satu kampung dengan saya. Setelah dia menarasikan tentang saudaranya si A, si B, dan C, kisahnya semakin terang benderang. Dia bagian dari keluarga saya. He he.

"Kalau Allah menghendaki, dengan seribu satu jalan silaturrahmi kita tersambung  ya, Uni," katanya bangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun