Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memori Indah di Jabal Rahmah

18 Agustus 2018   21:04 Diperbarui: 19 Agustus 2018   06:42 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi (2009)

Dengan tubuh bermandi keringat, rombongan kami sampai di zona kulminasi Jabal Rahmah. Sebebuah bukit yang berada tepi Arafah kawasan timur luar kota Mekah. Area tersebut dimitoskan sebagai tempat berdoa paling maqbul. Khususnya untuk minta jodoh.

Beberapa sumber menjelaskan, tempat  ini dijuluki Bukit Asmara Adam dan Hawa. Predikat tersebut terkait dengan cerita yang tersebar di kalangan umat Muslim, bahwa di bukit tandus yang bermakna 'kasih sayang' itulah Nabi Adam dan isterinya Siti Hawa berjumpa lagi, setelah terpisah selama dua ratus tahun. Di sana pula cinta dan kasih sayang mereka bersemi kembali. Oleh penguasa Arab Saudi, noktah pertemuan nenek moyang manusia tersebut ditandai dengan sebuah tugu segi empat. Tingginya kurang lebih 8 meter, dengan luas 1,8 meter persegi.

Sampai di sana, kami larut dalam doa masing-masing. Tampa sadar air mataku tumpah dalam haru. Betapa besar Rahmat Allah. Siapa menyangka aku yang dahulunya anak orang susah, kini diberikanNya kesempatan untuk menginjak tanah haram ini.  

Selesai berdoa, aku dan suami diam sejenak. Subhanallah. Aku ternganga-nganga menyaksikan tingkah manusia anehnya luar biasa. Beberapa orang sibuk menulis pasangan-pasangan nama di dinding monument tersebut. Sebagiannya meratap-ratap sembari menciumnya. Konon, aksi itu bertujuan untuk melengkapi doa yang sudah mereka  panjatkan di sana. Bagi yang telah berumah tangga, mohon pernikahannya lenggeng dalam keberkahan Allah. Yang masih menjomblo, semoga cepat menemukan jodoh yang baik, sholeh/sholihah.

Ritual eksentrik tersebut bukan hanya dilakukan saudara kita calon haji  dari Indonesia saja. Tapi dipraktikkan juga oleh orang-orang berparas asing tubuhnya segede gaban. Setelah berdoa, hati kecilku tertarik juga untuk menulis nama-nama anak cucu dan tetangga. Namun, dari awal suamiku sudah melarang.

"Saya membawa banyak pesan dari tetangga dan kerabat kita, Pak. Mereka minta didoakan di sini."

"Bu ...! Sering kita dengar ceramah para ustad di televisi, anjuran berdoa bukan di Jabal Rahmah saja. Karena kita sudah sampai di sini, rugi pula jika  tak berdoa."

"Doa sudah. Bukankah sebaiknya nama mereka kita tulis juga di tembok ini. Agar amanahnya lebih mengena."

"Amanah yang tidak sesuai aturan Islam  itu jelas gugur. Tapi ..., sudahlah. Bapak tidak berani membahas masalah ini. Takut salah ulas. Karena Bapak bukan ulama." Jawab kakek satu cucu itu. "Masalah amalan di Jabal Rahmah, memang sengaja Bapak pelajari. Agar dalam berhaji ini kita tidak salah bertindak. Berdoa boleh-boleh saja. Menulis-nulis nama dan menempelkan foto pada tembok itu jelas mitos yang tiada hubungannya dengan ibadah."

Di sekitar tugu, beberapa pedagang asongan mondar-mandir menawarkan dagangannya sambil berteriak-teriak, "Khamsa rial ..., khamsa rial ..., khamsa rilal." Ada juga yang menggelar barangnya di tanah beralas tikar dan plastik. Mereka juga berseru tak kalah nyaring. "Khamsa rial ... khamsa rial ...!" Harga yang ditawarkannya pun bervariasi. Sesuai nilai produk yang mereka jual. Kebanyakan pernak pernik oleh-oleh haji. Ada juga minuman dan makanan. Seperti pedagang di kota Mekah, etnik berkulit redup tersebut sedikit pandai berbahasa Indonesia.

Aku terpikat dengan manik tasbih dari bahan kristal. Dasar orang Indonesia, senangnya shopping. Bukan Indonesia bangsanya kalau tidak gila shopping. Makanya sebagian warga Tiongkok mem-bully pelancong asal Indonesia dengan olokan, "Karakter orang Indonesia itu, shopping, eating, sleeping dan kencing." Aku beli 30 untaian. Harganya 25% lebih miring dibandingkan di toko kota Mekah. Sayang aku tak ingat lagi persisnya berapa. Suamiku membeli 10 biji batu cincin, beberapa botol minyak wangi dan barang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun