Mohon tunggu...
NUR SALAM
NUR SALAM Mohon Tunggu... Guru - Guru di SD Negeri 2 Mengangkang Kabupaten Banyumas

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tugas Koneksi Antar Materi : Kesimpulan dan Refleksi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

9 Oktober 2022   10:36 Diperbarui: 9 Oktober 2022   12:02 9952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Supervisi akademik ini dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan. Selain bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah.

Pertanyaan Refleksi :

1.  Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah?

Setelah mempelajari modul 2.3 sebagai pendidik saya semakin sadar bahwa anak didik bukanlah kertas kosong. Mereka datang dari berbagai latar belakang, kemampuan dan potensi. Sebagai guru, kita bertugas untuk menjadikan latar belakang mereka sebagai pondasi kuat dalam memimpin pembelajaran. Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan dan melejitkan potensi mereka. Oleh karena tu, kita diharapkan memiliki keterampilan yang dapat mengarahkan anak didik untuk menemukan jati diri dan melejitkan potensi mereka tersebut. Salah satu keterampilan yang diperlukan adalah Coaching. Dengan menggunakan coaching, seorang guru tidak langsung memberikan solusi kepada anak didiknya, tapi memberikan stimulus kepadanya sehingga nantinya anak didik dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.

 Agar dapat menjalankan perannya sebagai coach, seorang guru mesti dapat melakukan komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar coaching. Komunikasi yang memberdayakan dapat diartikan sebagai proses meneruskan informasi atau pesan dari satu pihak ke pihak yang lain dengan menggunakan media kata, tulisan ataupun tanda peraga. Komunikasi dapat terjadi satu arah dan dua arah, dimana ada peran pemberi pesan dan penerima pesan. Diharapkan coach dapat melaksanakn komunikasi yang asertif, Komunikasi asertif dapat membangun kualitas ubungan kita dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak.

2.  Bagaimana keterkaitannya dengan materi paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional?

Sebelum memulai pelajaran, seorang guru harus memetakan kebutuhan belajar siswanya. Kebutuhan belajar ini data dilihat dari: kesiapan belajar, minat dan profil siswa. Pemetaan ini akan menjadi dasar seorang guru dalam melakukan praktek pembelajaran berdiferensiasi di kelas, Berdasarkan peta kebutuhan belajar tersebut, maka seorang guru akan menentukan strategi dalam melakasanakan diferensiasi. Strategi tersebut dapat berupa diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Untuk dapat melaksanakan pemetaan tentunya seorang guru juga perlu menggali informasi dari muridnya. Dengan teknik coaching ini guru dapat melakukan identifikasi kebutuha belajar murid. Dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi berarti seorang guru telah mengaplikasikan hasil pelaksanana coaching terhadap siswanya sehingga para siswa menjadi nyaman dalam belajar.

Dengan adanya pelaksaan pembelajaran social dan emosional akan menunjang kenyamana siswa dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi tersebut. Dengan kata lain coaching akan membantu guru dalam mengenali permasalahan siswanya dalam belajar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru akan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang ditunjang dengan adanya pembelajaran social emosional (PSE).

3.  Bagaimana keterkaitan ketrampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?

Coaching merupakan salah satu pendekatan yang dapat dilakukan agar supervisi akademik yang dilakukan bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan. Selain bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah. Oleh karena itu, penting kiranya bagi kita memastikan bahwa supervisi akademik yang kita jalankan benar-benar berfokus pada proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah.


Demikian kesimpulan dan refleksi modul 2.3 coaching untuk supervisi akademik, smeoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun