Mohon tunggu...
NUR SALAM
NUR SALAM Mohon Tunggu... Guru - Guru di SD Negeri 2 Mengangkang Kabupaten Banyumas

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tugas Koneksi Antar Materi : Kesimpulan dan Refleksi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

9 Oktober 2022   10:36 Diperbarui: 9 Oktober 2022   12:02 9950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI

KESIMPULAN DAN REFLEKSI
MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK
Oleh: Nur Salam, S.Pd.SD
CGP Angkatan 5 - Kabupaten Banyumas

Pendidikan program guru penggerak angkatan 5 sudah sampai dipenghujung paket modul 2, yaitu diakhir modul 2.3 tentang CoachingUntuk Supervisi Akademik. Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran sencara mandiri, izinkan saya untuk membuat sebuah kesimpulan, refleksi dan keterkaitan modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional dalam tugas 2.3.a.8 Koneksi Antar Materi.

Pada modul 2.3 ini terdapat 4 sub materi yaitu (1) Konsep coaching secara umum dan coaching dalam konteks Pendidikan, (2) Paradigma berpikir dan prinsip coaching, (3) Kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching, dan (4) Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching.

1.  Konsep coaching secara umum dan coaching dalam konteks Pendidikan

Supervisi akademik ini dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan. Selain bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah.

Oleh karena itu, penting kiranya bagi kita memastikan bahwa supervisi akademik yang kita jalankan benar-benar berfokus pada proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah coaching.

Coaching adalah bentuk kemitraaan antara coach dan coachee yang dijalankan melalui proses kreatif. proses kreatif yang dimaksud yaitu melalui eksplorasi, membangun ide yang tujuannya adalah untuk memaksimalkan potensi personal dan profesional coachee.

Dalam proses coaching coach tidak memberitahu, memikirkan solusi sebelum mendengarkan atau menggunakan coaching sebagai sarana memberikan feedback yang bersifat judgement atau asumsi. coaching yang baik adalah membudayakan potensi coachee yang tujuannya mengantarkan coachee ke kondisi yang lebih baik. dalam proses coaching, seorang coach juga harus memiliki skill pendengar yang baik, dapat mengajukan pertanyaan yang berbobot, dapat memancing ide-ide, dan dapat memfasilitasi pertumbuhan dari coachee.

Selain coaching, ada beberapa metode pengembangan diri yang lain yang bisa jadi sudah kita praktikan selama ini di sekolah yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan training. Mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Fasilitasi sebagai sebuah proses dimana seseorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok, secara substantif berdiri netral, dan tidak punya otoritas mengambil kebijakan, melakukan intervensi untuk membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah, serta membuat keputusan, agar bisa meningkatkan efektivitas kelompok itu. Training merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu 'menuntun' tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.

2.  Paradigma berpikir dan prinsip coaching

Salah satu tujuan pengembangan kompetensi diri adalah agar guru menjadi otonom, yaitu dapat mengarahkan, mengatur, mengawasi, dan memodifikasi diri secara mandiri (self-directed, self-manage, self-monitor, self-modify). Untuk dapat membantu guru menjadi otonom, diperlukan paradigma berpikir dan prinsip coaching bagi orang yang mengembangkan.

Untuk dapat membantu rekan sejawat kita untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, kita perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah:

  • Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan. Pada saat kita mengembangkan kompetensi rekan sejawat kita, kita memusatkan perhatian kita pada rekan yang kita kembangkan, bukan pada "situasi" yang dibawanya dalam percakapan. Fokus diletakkan pada topik apa pun yang dibawa oleh rekan tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan mereka
  • Bersikap terbuka dan ingin tahu. Agar kita dapat bersikap terbuka, kita perlu selalu berpikir netral terhadap apa pun yang dikatakan atau dilakukan rekan kita. Selain itu memelihara rasa ingin tahu membantu rekan kita dan diri kita untuk memahami situasi rekan kita.
  • Memiliki kesadaran diri yang kuat. Kesadaran diri yang kuat membantu kita untuk bisa menangkap adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan dengan rekan sejawat.
  • Mampu melihat peluang baru dan masa depan. Kita harus mampu melihat peluang perkembangan yang ada dan juga bisa membawa rekan kita melihat masa depan. Coaching mendorong seseorang untuk fokus pada masa depan, karena apapun situasinya saat ini, yang masih bisa diubah adalah masa depan.

Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching, yaitu "kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi". Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat atau siapa saja, kita dapat menggunakan ketiga prinsip coaching tersebut dalam rangka memberdayakan orang yang sedang kita ajak berinteraksi. Prinsip coaching adalah :

  • Kemitraan. Dalam coaching, posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri. Coach bisa berbagi mengenai pengalamannya yang terkait dengan topik pengembangan coachee, jika diminta oleh coachee, sebagai salah satu sumber belajar bagi coachee.
  • Proses Kreatif. Coaching adalah proses mengantarkan seseorang dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang diinginkan di masa depan. Hal ini tergambar dalam prinsip coaching yang kedua, yaitu proses kreatif. Proses kreatif ini dilakukan melalui percakapan, yang: dua arah, memicu proses berpikir coachee serta memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru
  • Memaksimalkan Potensi. Untuk memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya. Selain itu juga, percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh rekan yang sedang dikembangkan.

3.  Kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching.

Di program guru penggerak kususnya angkatan 5 dipelajari 3 kompetensi inti coaching  yaitu :

  • Kehadiran penuh ( presence ). Kehadiran penuh/presence adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching.
  • Mendengarkan aktif. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.
  • Mengajukan pertanyaan berbobot. Dalam melakukan percakapan coaching ketrampilan kunci lainnya adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. Salah satu referensi yang dapat kita gunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot hasil dari mendengarkan aktif yaitu RASA yang diperkenalkan oleh Julian Treasure.

Seorang coach harus memiliki kemampuan untuk dapat menavigasi tujuan dan arah percakapan yang dibutuhkan coachee. Beberapa acuan interaksi dapal proses coaching adalah:

  • Percakapan untuk perencanaan
  • Percakapan untuk pemecahan masalah
  • Percakapan untuk berefleksi
  • Percakapan untuk berkalibrasi

Sebuah alur percakapan coaching yang akan membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi efektif dan bermakna yaitu alur TIRTA. Alur percakapan coaching TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching untuk memfasilitasi rekan sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan bijaksana secara mandiri.

TIRTA dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung.
  • Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)
  • Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat).
  • TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya).

4.  Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching.

Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama yang menjadi landasan kita menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu.

Setiap kepala sekolah dan pemimpin pembelajaran seyogyanya berfokus pada peningkatan kompetensi pendidik dalam mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid yang bertujuan pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik pembelajaran. Seorang supervisor memahami makna dari tujuan pelaksanaan supervisi akademik di sekolah (Sergiovanni, dalam Depdiknas, 2007):

  1. Pertumbuhan: setiap individu melihat supervisi sebagai bagian dari daur belajar bagi pengembangan performa sebagai seorang guru,
  2. Perkembangan: supervisi mendorong individu dalam mengidentifikasi dan merencanakan area pengembangan diri,
  3. Pengawasan: sarana dalam monitoring pencapaian tujuan pembelajaran.

Tujuan supervisi akademik ini terpadu dan integral, tidak mengesampingkan tujuan yang satu dari yang lainnya.

Dalam setiap interaksi keseharian di sekolah, seorang pemimpin pembelajaran dan sekolah perlu menghidupi paradigma berpikir yang memberdayakan bagi setiap warga sekolah dan melihat kekuatan-kekuatan yang ada dalam komunitasnya. Melalui supervisi akademik potensi setiap guru dapat dioptimalisasi sesuai dengan kebutuhan yang nantinya dapat membantu para guru dalam proses peningkatan kompetensi dengan menerapkan kegiatan pembelajaran baru yang dimodifikasi dari sebelumnya. Dan salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik.

Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi:

  1. Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
  2. Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu
  3. Terencana
  4. Reflektif
  5. Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati
  6. Berkesinambungan
  7. Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik

Pada umumnya pelaksanaan supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak lanjut. Pada tahap perencanaan, supervisor merumuskan tujuan, melihat pada kebutuhan pengembangan guru, memilih pendekatan, teknik, dan model, menetapkan jadwal, dan mempersiapkan ragam instrumen.

Tahap pelaksanaan diisi dengan kegiatan berdasarkan teknik dan model yang dipersiapkan. Kegiatan bervariasi dari kegiatan individu dan/atau berkelompok. Salah satu bagian dalam tahapan pelaksanaan supervisi akademik adalah observasi pembelajaran di kelas atau yang biasanya kita sebut sebagai supervisi klinis. Istilah supervisi klinis ini diperkenalkan oleh Morris Cogan dari Harvard University. Dalam buku Supervision for a Better School, Lovell (1980) mendefinisikan supervisi klinis sebagai rangkaian kegiatan berpikir dan kegiatan praktik yang dirancang oleh guru dan supervisor dalam rangka meningkatkan performa pembelajaran guru di kelas dengan mengambil data dari peristiwa yang terjadi, menganalisis data yang didapat, merancang strategi untuk meningkatkan hasil belajar murid dengan terlebih dulu meningkatkan performa guru di kelas.

Sebuah kegiatan supervisi klinis bercirikan:

  1. Interaksi yang bersifat kemitraan
  2. Sasaran supervisi berpusat pada strategi pembelajaran atau aspek pengajaran yang hendak dikembangkan oleh guru dan disepakati bersama antara guru dan supervisor
  3. Siklus supervisi klinis: pra-observasi, observasi kelas, dan pasca-observasi
  4. Instrumen observasi disesuaikan dengan kebutuhan
  5. Objektivitas dalam data observasi, analisis dan umpan balik
  6. Analisis dan interpretasi data observasi dilakukan bersama-sama melalui percakapan guru dan supervisor
  7. Menghasilkan rencana perbaikan pengembangan diri
  8. Merupakan kegiatan yang berkelanjutan

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian materi di atas dapat disimpulkan bahwa Coaching adalah bentuk kemitraaan antara coach dan coachee yang dijalankan melalui proses kreatif. Proses kreatif yang dimaksud yaitu melalui eksplorasi, membangun ide yang tujuannya adalah untuk memaksimalkan potensi personal dan profesional coachee.  Proses coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak coach dan coachee. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat coachee melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga mendorong coachee berpikir secara kritis dan mendalam yang bermuara pada coachee dapat menemukan kekuatan diri dan potensinya untuk terus dikembangkan secara berkesinambungan atau menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat. Coaching memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi diri sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan.

Proses coaching ini harus dilandasi paradigma coaching yaitu fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat serta mampu melihat peluang baru dan masa depan. Sedangkan prinsip coaching adalah kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi.

Terdapat 3 kompetensi inti coaching yaitu kehadiran penuh ( presence ), mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot, untuk itu dibutuhkan kemampuan mendengarkan dengan “RASA”. Alur pelaksanaan percakapan coaching menggunakan alur “TIRTA” yaitu; Tujuan umum, Identifikasi masalah, Rencana aksi dan Tanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun