Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Konsultan Partikelir

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Musuh Kita adalah Stereotip yang Membatu

8 Oktober 2020   23:51 Diperbarui: 9 Oktober 2020   08:20 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stereotip tidaklah mendefinisikan siapa kita/Sumber: ecenglish.com

Pada akhir September hingga awal Oktober 2020, jagat media sosial Indonesia riuh dengan pembahasan terkait Vanuatu, sebuah negara mungil di Lautan Teduh Selatan (istilah lama dari Samudera Pasifik Selatan).

Keriuhan tersebut bermula dari pernyataan Perdana Menteri Vanuatu Bob Loughman dalam Sidang Umum (SU) PBB yang menyoalkan isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan pemerintah Indonesia di Papua.

Dalam perspektif Vanuatu, rakyat Papua adalah bagian dari ras Melanesia yang merupakan ras yang sama dengan bangsa Vanuatu. Tidak heran Vanuatu tegas menyatakan dukungannya terhadap Gerakan Papua Merdeka dan secara konsisten menyuarakannya dalam berbagai forum internasional, termasuk setiap tahun dalam Sidang Umum PBB.

Secara konsisten pula pemerintah Indonesia melalui para diplomatnya di PBB membantah keras tudingan Vanuatu. Sekurang-kurangnya sudah empat kali tudingan Vanuatu dipatahkan para diplomat Indonesia dalam SU PBB. Tak kurang-kurang Wapres Jusuf Kalla, pada 2016, turut membantah tudingan sepihak Vanuatu.

Pada SU ke-71 PBB pada 2016, seorang diplomat Indonesia, Nara Masista Rakhmatia, mematahkan sinyalemen Vanuatu (yang saat itu didukung negara-negara ras Melanesia lainnya yakni Kepulauan Solomon, Nauru, Kepulauan Marshall, Tuvalu, dan Tonga) dengan mengatakan bahkan catatan penegakan HAM Indonesia jauh lebih baik daripada negara-negara tersebut.

Bahkan, yang cukup fenomenal saat itu, Nara menutup pidatonya dengan sebuah pepatah yang berbunyi, "Ketika seseorang mengacungkan jari telunjuknya kepada orang lain, maka ibu jarinya otomatis menunjuk pada wajahnya sendiri."

Dan, yang terbaru, pada akhir September 2020, Silvany Austin Pasaribu, seorang diplomat muda Indonesia, menolak tuduhan Vanuatu dan menganggap Vanuatu bersikap berlebihan dengan mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.

Publik Indonesia mengelu-elukan jawaban garang Silvany yang dianggap pahlawan bangsa. Tak kalah garang, warganet Indonesia juga menyerbu akun media sosial badan pariwisata Vanuatu dengan komentar-komentar rasialis.

Sebagaimana diberitakan CNN Indonesia, Manajer Komunikasi Kantor Pariwisata Vanuatu Nick Howlett menuding Vanuatu telah menjadi target "perilaku tidak otentik yang terkoordinasi".

"Beberapa di antaranya terlihat sebagai perilaku tidak otentik yang terkoordinasi, karena tidak terlihat asli dan tidak merefleksikan tindakan yang biasanya terjadi," ujar Nick Howlett kepada kantor berita ABC Australia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun