Mungkin sistem patriarki, yang antitesisnya adalah emansipasi perempuan, memang menguntungkan kaum lelaki. Namun terkandung paradoks di dalamnya.Â
Persepsi bahwa kaum lelaki adalah makhluk yang superior menisbikan bahkan menihilkan realitas bahwa perempuan juga dapat berlaku sebagai pelaku pelecehan, penindas atau penganiaya baik secara fisik, psikologis maupun seksual. Toh, perempuan juga manusia. To err is human, manusia itu tempatnya berbuat salah.
Alhasil, pelecehan baik seksual atau dalam bentuk apa pun atau kekerasan, sama halnya seperti kemampuan memahami, bukanlah masalah gender atau bukanlah domain khusus gender tertentu. Itu adalah masalah kemanusiaan dan peradaban, terlepas dari apa pun jenis kelamin para pihak yang terlibat.
Jagakarsa, 19 September 2020
Referensi:
- https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/ybJGnMwk-ospek-online-serupa-unesa-terulang-di-universitas-bengkulu?p=all
- https://news.detik.com/berita/d-5169981/paha-mulus-sekamar-saja-2-isu-pelecehan-di-awal-pilkada-2020/3
- https://megapolitan.kompas.com/read/2020/09/11/06270941/saat-kalimat-soal-kamar-terpotong-dan-berbuntut-tuduhan-pelecehan-antara?page=all#page2
- https://www.plbsh.com/yes-men-can-be-sexually-harassed-in-the-workplace/
- https://www.thestar.com/news/world/2015/05/07/south-african-man-drugged-sexually-assaulted-by-gang-of-women.html