Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memangnya Hanya Lelaki yang Bisa Melakukan Pelecehan?

19 September 2020   22:41 Diperbarui: 19 September 2020   22:55 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover buku "Lelaki yang Menangis"/Sumber: goodreads.com

Setidaknya hal itu tercermin dalam sebaris lirik legendaris dalam tembang lawas gubahan Ismail Marzuki berjudul Sabda Alam (1956) yakni "wanita dijajah pria sejak dulu. Dijadikan perhiasan sangkar madu".

Tapi benarkah bahwa lelaki selalu menjadi pelaku sementara perempuan selalu menjadi korban?

Seorang kawan saya bahkan mengatakan,"Hanya perempuan yang bisa memahami."

Sejurus saya tercenung. Memang benar seperti kata orang bijak,"Behind great men there are great women."

Di balik kebesaran seorang laki-laki selalu ada peran perempuan di belakangnya. Ya, karena dorongan perempuan seperti ibu atau istrilah seorang laki-laki dapat maju.

Berdasarkan riset yang dilakukan Allan dan Barbara Pease dalam buku berjudul Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps (2001), hal itu dimungkinkan karena hormon estrogen perempuan mendorong sel-sel syarafnya menumbuhkan hubungan yang lebih banyak di dalam otak dan di antara kedua belahan otak. Inilah yang menjadikan perempuan memiliki intuisi yang lebih peka dan penginderaan yang lebih luas sehingga perempuan mampu membuat penilaian dengan begitu cepat dan tepat tentang orang-orang dan situasi mereka berdasarkan intuisi saja.

Tapi apakah hanya perempuan yang Tuhan karuniai kepekaan untuk memahami? Sehingga acapkali terjadi kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) atau perundungan atau kekerasan serta pelecehan seksual selalu saja lelaki yang dipersalahkan? Dan dilabelkan pada keningnya stempel "egois"?

Mari kita telisik faktanya.

Pada 2007, kawan saya, Rini Nurul Badariah, seorang penulis dan penerjemah, meluncurkan buku berjudul Lelaki yang Menangis yang diterbitkan oleh Penerbit Akar Media. Buku itu merupakan kumpulan kisah nyata kaum lelaki yang mengalami berbagai bentuk kekerasan dari perempuan.

Berikut salah satu tukilannya.

"....Mama sangat menghendaki anak perempuan tatkala saya masih di kandungan....Tidak heran bila Mama selalu membelikan saya pakaian berwarna lembut yang lebih pantas untuk anak perempuan. Sebenarnya saya ingin memberontak, tetapi khawatir Mama akan bertindak lebih nekat," ujar seorang lelaki muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun