Mohon tunggu...
Imroatin Nashihah
Imroatin Nashihah Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta

Hobi melukis dan menyukai dibidang fashion

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Gorpcore: Saat Outdoor Look Jadi Tren FOMO Media Sosial

6 Oktober 2025   18:20 Diperbarui: 6 Oktober 2025   18:13 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ilustrasi gaya gorpcore saat mendaki (Sumber: Pinterest / https://pin.it/483S7hwXl)

Pendakian kini tak lagi sekadar menaklukkan puncak, tetapi juga menjadi ajang untuk menampilkan gaya. Fenomena ini dikenal dengan istilah gorpcore, yaitu perpaduan fashion outdoor dengan sentuhan streetwear. Tren ini semakin populer di media sosial, di mana banyak pendaki membagikan outfit mereka saat berada di alam terbuka. Hal ini membuat mendaki bukan hanya aktivitas fisik, tetapi juga wadah untuk ekspos diri secara visual.

Berbeda dengan generasi pendaki lama yang lebih mengutamakan kesederhanaan, gaya klasik mereka identik dengan kemeja flannel kotak-kotak dan ikat kepala dari kain tenun. Pilihan pakaian ini dianggap praktis, nyaman, dan sangat fungsional. Mereka lebih fokus pada kebutuhan mendaki daripada penampilan. Kesederhanaan itu menjadi ciri khas yang membedakan generasi sebelumnya dengan tren masa kini.

Namun, perkembangan zaman dan teknologi membuat tren bergeser. Gorpcore hadir sebagai gaya baru yang dianggap lebih “instagrammable”, menonjolkan tampilan visual ketimbang fungsi semata. Meski demikian, gorpcore sebenarnya tetap fungsional: tahan air, tahan angin, dan dilengkapi banyak kantong. Dengan begitu, tren ini bisa menjadi perlengkapan mendaki sekaligus gaya hidup, tergantung bagaimana pemakainya memanfaatkan pakaian tersebut.

Peran media sosial menjadi pendorong utama tren ini. Banyak orang terinspirasi dari unggahan-unggahan viral dan merasa perlu mengikutinya agar tidak dianggap ketinggalan zaman. Brand pun turut meramaikan dengan menghadirkan produk-produk berlabel “premium”, yang kerap dianggap semakin keren jika harganya mahal. Tren ini pun memicu kompetisi gaya di dunia maya, di mana visual menjadi faktor utama penilaian.

Di sisi lain, tren gorpcore juga membawa dampak FOMO (fear of missing out). Bahkan anak-anak SMP ikut naik gunung demi sekadar foto eksis, meski tanpa persiapan matang. Padahal, mendaki gunung bukan aktivitas main-main; butuh kehati-hatian dan kesiapan fisik maupun mental. Ironisnya, ada yang memakai outfit gorpcore ke bukit rendah hanya demi tampilan, tanpa memanfaatkan fungsinya. Hal ini memunculkan jurang antara “pendaki gaya” dan “pendaki sejati”, di mana keselamatan kadang terabaikan demi penampilan.

Lalu, apakah salah menggunakan gorpcore dalam pendakian? Tentu tidak. Sah-sah saja tampil percaya diri dengan gaya tersebut, asalkan tetap memprioritaskan keselamatan dan tujuan utama mendaki: menemukan jati diri serta menghargai alam. Gorpcore boleh saja jadi tren, tetapi jangan biarkan FOMO gaya membuat kita lupa makna sejati pendakian. Menjadi pendaki sejati berarti tetap menghormati alam dan menjaga diri sendiri, meski penampilan tetap diperhatikan.

Oleh: Imro’atin Nashihah (Mahasiswa S1 Pend. Teknik Busana Universitas Negeri Yogyakarta)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun