Mohon tunggu...
Nurohmat
Nurohmat Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Pecinta Literasi dan Pendaki Hikmah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenali Watak (Calon) Kepala Sekolah

4 Desember 2020   09:41 Diperbarui: 4 Desember 2020   17:46 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mengenali Watak (Calon) Kepala Sekolah

Oleh : Nurohmat

Pagi hari ini, saya menyengajakan diri untuk membaca beberapa halaman sebuah buku karya Ki Hajar Dewantara yang diberi judul "Kebudayaan". Tiba-tiba pesona dari tulisan Ki Hajar Dewantara itu menggetarkan alam pikir saya. Batin saya tetiba ikut beresonansi dengan salah satu gagasan beliau tentang watak-watak rakyat dalam hubungannya dengan kekuatan pergerakan kemerdekaan bangsa. Seperti diketahui,  saat Ki Hajar  menulis  artikel tersebut  bangsa kita sedang berada pada era pergerakan Nasional jadi tema yang diusung tentu berkelindan dengan kodrat zaman pada saat itu.

 Tulisan tersebut menyoal pemetaan watak rakyat, Ki Hajar memetakan watak rakyat menjadi empat golongan, diantaranya adalah : (1) sudera njunggi banda, (2) waisya nyangking banda, (3) ksatrya menyerahkan banda, dan (4) brahmana nyingkur banda.  

Dalam kaitannya dengan kepemimpinan dalam segala bidang dari level makro hingga mikro, hal yang mesti kita perhatikan adalah soal watak rakyat sebagai calon pemimpin tersebut.  Watak seseorang memuat sesuatu yang intangible karena berkaitan dengan asumsi dasar, nilai-nilai, dan keyakinan yang dianut sehingga terkadang membuat kita kerap tertipu oleh tampilan verbal, visual, gerak-gerik atau citra yang diupayakan oleh calon pemimpin kita,  termasuk kepemimpinan  dalam dunia pendidikan dalam level mikro (sekolah).

Setiap ada pergantian kepala sekolah di sekolah tempat saya mengajar, yang pertama kali saya perhatikan adalah kecenderungan watak kepala sekolah baru tersebut. Isi kepala atau isi hati seseorang  memang tidak bisa dibaca, namun kita dapat menafsirkan dari tindakan verbal, visual, dan kebijakannya kira-kira kecenderungan wataknya kemana. Apakah berwatak sudera, waisya, ksatrya, atau brahmana ?

Hal ini dapat kita perkirakan perjalanan sekolah ke depannya. Pembacaan akan watak (calon) pemimpin sekolah ini penting sehingga kita bisa mengantisipasi atau  berhati-hati dalam merespon setiap kebijakan atau tindakan yang dilakukannya. Semua orang yang memiliki watak apapun berpeluang sama untuk menjadi pemimpin di level sekolah. Nasib sial menimpa sekolah jika mendapatkan kepala sekolah yang berwatak sudera njuggi banda ( mendewakan harta benda) atau waisya nyangking banda (menggondol harta benda). Dapat dipastikan watak seperti ini bukannya akan memajukan sekolah malah membuat sekolah semakin amburadul.

Nasib baik dialami oleh sekolah yang memiliki pemimpin yang berwatak ksatrya yang mampu mengelola dan mengamalkan harta bendanya atau brahmana nyingkur banda (yang tidak tergoda oleh pekaya negara), meski agak sulit untuk menemukannya seperti menemukan jarum di bawah tumpukan jerami, kembali saya utarakan bahwa saya berkeyakinan pasti  sosok watak yang seperti ini masih tersisa pada guru yang ada di setiap sekolah.

Dalam tulisan berikutnya tentang watak, Ki Hajar Dewantara mengutip pendapat E. Spranger bahwa watak manusia dapat dibedakan menjadi : (1) de theoritische, yang menghargai pemikiran atau ide dan gagasan, (2) de economische, yang mementingkan keuntungan belaka, (3)de aesthetische, yang mengemukakan keindahan, (4) de machtsmensch, yang beralasan kekuasaan, (5) de religieuze mensch, yang mementingkan agama, (6) de sociale mensch, selalu memperhatikan perikehidupan bersama.

Untuk mempercepat transformasi pendidikan, idealnya watak (calon) kepala sekolah adalah yang memiliki watak positif seperti de theoritische, de  aesthetiche, de sociale mensch, dan de religieuze  mensch.

Ki Hajar mengemukakan pentingnya mengetahui watak manusia pada saat itu dalam upaya untuk menyelidiki kuat-lemahnya, lambat atau cepatnya pergerakan kebangsaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun