Mohon tunggu...
Nurohmat
Nurohmat Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Pecinta Literasi dan Pendaki Hikmah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Hal yang Memajukan Kebudayaan

22 November 2020   06:28 Diperbarui: 22 November 2020   07:28 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa hari ini saya tertarik membaca ulang buku-buku pengantar Filsafat Ilmu. Baru tiga buah buku versi cetak yang saya miliki secara pribadi  tentang Filsafat ilmu. Ketiga buku tersebut ditulis oleh penulis lokal (Indonesia), saya belum memiliki buku versi cetak yang ditulis oleh penulis luar. 

Untuk versi e-Book, di era sekarang kita bisa mengaksesnya dengan mudah. Namun tetap saja, bagi saya versi cetak jauh lebih nyaman untuk dibaca. Penulis lokal seperti Jujun S. Sumantri, Ahmad Tafsir, dan Muhammad Muslih merupakan favorit saya dalam pembahasan Filsafat Ilmu.

Semasa kuliah S-1 Pendidikan Fisika di UNJ Jakarta, seingat saya dahulu  tidak ada mata kuliah Filsafat Ilmu di program studi tersebut. Praktis, saya pertama kali berkenalan dengan Filsafat Ilmu serta Filsafat secara umum dari buku-buku yang saya baca secara otodidak dan diskusi bersama rekan-rekan mahasiswa di Asrama Sunan Giri Jakarta serta perkumpulan sesama anggota HMI-MPO Jakarta.

Saya baru mendapatkan pelajaran Filsafat Ilmu plus Filsafat Pendidikan Islam secara formal saat saya mengikuti studi lanjut di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. 

Meski ada suasana yang agak berbeda, setidaknya menambah kehangatan wawasan tentang Filsafat bagi saya. Selain itu, rupanya kegenitan saya terhadap pengetahuan semakin  menjadi-jadi.

Saya teringat, entah saya membaca dimana, konon ada tiga hal yang sangat berkontribusi dalam  memajukan kebudayaan, yakni : Agama, Filsafat, dan Sains-Teknologi.  Ketiganya memiliki peran masing-masing dalam memberikan alternatif penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh manusia.

Kaelan dalam sebuah kata pengantar buku Filsafat Ilmu yang ditulis oleh Muhammad Muslih memaparkan bahwa keilmuan yang termasuk dalam Sains-Teknologi (ilmu alam dan teknologi) merupakan kajian keilmuan yang bersifat nomothetic, yang secara ontologis berpandangan bahwa realitas bersifat tunggal dan parsial. 

Secara epistemologis ilmu-ilmu yang tergolong Sains-Teknologi bertugas mencari formula yang dapat diterima dan menjadi solusi secara umum.

Munculnya wabah global Covid-19, menjadi tugas Sains-Teknologi untuk menemukan solusi terbaik yang dapat diterima secara luas. Untuk itu, tumpuan dan harapan manusia modern tertuju pada  kemampuan Sains-Teknologi untuk menemukan vaksin penangkal wabah global tersebut.

Kita tahu bahwa keunggulan Sains-Teknologi senantiasa menyuguhkan solusi empirik dan praktis bagi manusia,  bahkan  kemajuan  Sains-Teknologi menjadi penanda peralihan zaman yang merubah pola kebiasaan dan kehidupan manusia.  

Mulai dari era Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0, tidak dapat disangkal lagi pengaruh temuan-temuan dalam bidang Sains-Teknologi menjadi pembatas & penanda dari satu era ke era berikutnya.

Temuan akan mesin uap yang ditemukan oleh James Watt menjadi penanda bermulanya Revolusi Industri 1.0. Ditemukannya tenaga listrik dan roda empat, menjadi awal dari Revolusi Industri 2.0. Penemuan komputer dan teknologi robot, awal dari Revolusi Industri 3.0. Munculnya IoT, Big Data, Artificial Intelegence,  teknologi Virtual Reality menjadi penanda hadirnya era Revolusi Industri 4.0.

Begitulah Sains-Teknologi, peranannya   begitu  kontributif dalam membawa dan mengarahkan perkembangan kebudayaan dari aspek lahir. Bagaimana dengan Agama dan Filsafat ?

Ilmu Agama dan Filsafat menurut Kaelan memiliki karakter idiographic, yakni ilmu yang berupaya mendeskripsikan, menjelaskan, dan memerikan sesuatu. Ilmu Agama kerap memainkan perannya, ketika Filsafat dan Sains-Teknologi tidak mampu memberikan alternatif solusi bagi kehidupan manusia. 

Contoh sederhana, dogma Agama bagi sebagian orang cukup menjadi jawaban akan pertanyaan-pertanyaan manusia akan alam lain, kehidupan sesudah kematian, dan mengidentifikasi  Tuhan dan lain sebagainya.

Bahkan keresahan dan ketakutan sebagian manusia akan wabah  Covid-19 dan dampaknya, peran Agama dan Filsafat cukup membantu dalam meneguhkan pikiran dan psikis manusia  dari berbagai stress, kegoncangan, dan hilangnya harapan masa depan.

Ilmu Agama mengembangkan aspek batin kebudayaan. Filsafat mengembangkan alam pikir kebudayaan. Sains-Teknologi mengembangkan aspek lahir kebudayaan. Ketiga hal tersebut, bila diselaraskan akan mampu memperkaya dan memajukan kebudayaan kita.

Dalam pemikiran saya, sepertinya untuk bergiat dalam dunia pendidikan dan kebudayaan, semestinya kita turut berkontribusi sesuai kemampuan kita dalam mempelajari Agama, Filsafat, dan Sains-Teknologi. Sehingga dalam perannya sebagai Panindita Satria, benar-benar menampilkan sosok Hajar yang mampu ngemong peserta didik kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun