Tuhan
Oleh : Nurohmat
Bagi manusia, gagasan tentang Tuhan senantiasa mempengaruhi perjalanan sejarah manusia itu sendiri. Ide tentang Tuhan milik semua orang, bukan milik kalangan tertentu atau umat tertentu saja karena sejatinya secara fitrah manusia berkecenderungan percaya akan adanya Tuhan meski terkadang berbeda dalam mempersepsikan dan mengekspresikan keberadaan Nya. Â
Bagi masyarakat primitif, Tuhan dipersepsikan memiliki kekuatan gaib dan misterius yang bersemayam dalam diri kepala suku, pepohonan, bebatuan, dan lain sebagainya (Karen Amstrong: 2012, h.29). Bagi masyarakat Barat yang sekuler, gagasan tentang Tuhan masih menjadi magnet bagi jutaan orang. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah "Tuhan" konsep mana yang dianut oleh mereka ?
Tuhan dalam konsep ajaran Islam dapat dirangkum bersifat wujud, esa, dan sempurna (Yusuf Qardhawi: 2001, h.33). Dalam proses mengenal Tuhan manusia hanya menerima tanda-tanda ('alamah) yang diberikan Nya. Tanda-tanda tersebut terdapat pada wahyu, alam semesta, dan manusia itu sendiri karena manusia bagian dari alam semesta.Â
Hanya saja tidak seluruh manusia bisa menangkap dan membaca tanda-tanda yang Tuhan suguhkan. Â Menurut Nurcholish Madjid, manusia yang dapat membaca tanda-tanda eksistensi dan keagungan Tuhan memiliki karakteristik : (1) mereka yang berpikiran mendalam, (2) mereka yang memiliki kesadaran tujuan dan makna hidup abadi, (3) mereka yang menyadari penciptaan alam raya sebagai manifestasi wujud transendental, (4)mereka yang berpandangan positif dan optimis terhadap alam.
Begitu sentralnya term Tuhan hingga menjadi prinsip penting  dalam kajian suatu agama bahkan bisa menjadi pembeda antara agama yang satu dengan agama yang lain, konsep Tuhan yang dipahami dan diyakini oleh seseorang dapat memberikan ukuran mengenai nilai agama yang dianut bagi kehidupan.
Dalam tinjauan Islam, konsep ke-Tuhanan tidak dapat dipisahkan dari pengertian Tuhan yang termuat dalam Al Quran. Al Quran menyatakan bahwa yang Tuhan itu hanyalah Allah, karena yang Tuhan hanya lah Allah maka manusia hanya benar jika menyembah Allah semata (Lihat QS Al Ikhlas (112):1-4)
Meskipun terminologi Allah sudah dikenal jauh oleh masyarakat Arab pra Islam, namun persepsi di dalamnya yang dibangun oleh Islam ternyata berbeda. Orang paganis Arab pra Islam mengenal Allah dalam persepsi rabb, yaitu sebagai penggerak pertama dan Sang Pencipta, Yang Maha Kuasa, namun disisi lain mereka membuat sekutu bagi-Nya.Â
Dalam Islam, Allah dipersepsikan tidak hanya sebagai rabb, tetapi juga sebagai ilah, zat yang harus ditaati dan disembah semata-mata hanya Allah SWT, tidak ada yang selain Nya (pure monotheisme) dan Allah yang disembah memiliki sifat kesempurnaan dari segala sifat yang terdapat pada manusia (anthropromorphisme). Aqidah Islam menolak anthropromorphisme.
Wallahu'alam