Mohon tunggu...
Nurohmat
Nurohmat Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Pecinta Literasi dan Pendaki Hikmah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Context System" dan "Content System"

21 Maret 2019   05:04 Diperbarui: 21 Maret 2019   05:47 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

*Context System dan Content System*
Oleh : Nurohmat

Jujur saja, istilah tersebut yang menjadi judul tulisan ini saya peroleh dari pak Munif Chatib, seorang penulis buku 'Gurunya Manusia' yang populer itu. Saat saya membaca buku tersebut, ada hal yang sangat menarik perhatian saya ketika saya membaca buku beliau. 

Munif Chatib menuturkan bahwa dalam suatu institusi sekolah terlepas dari jenis dan jenjangnya ada hal yang sangat penting yaitu manajemen sekolah yang menjadi jantung keberlangsungan hidup sekolah tersebut.

Munif Chatib mengqiyaskan peran manajemen sekolah  seperti halnya peran organ jantung dalam organisme tubuh manusia.  Tanpa kinerja jantung yang sehat, manusia bisa sakit. Begitu pula dengan sekolah, tanpa manajemen yang sehat,  sekolah dalam keadaan sakit.

Nah, komponen manajemen sekolah itulah yang disebut sebagai context system seperti kepala sekolah, wakasek, dan kepala TU sedangkan guru dan staff TU yang tidak terlibat dalam kepemimpinan sekolah disebut sebagai content system. 

Munif Chatib mengibaratkan context system itu seperti wadah atau piring sedangkan nasi serta lauk pauknya adalah content systemnya. Nasi dan lauk pauk akan terasa enak untuk dinikmati bila ditaruh di wadah yang bersih, higienis dan representatif. Sebergizi apapun makanannya bila wadahnya kotor, penuh kuman maka tidak akan nyaman untuk dinikmati. 

Sehebat apapun content system bila context systemnya kotor dan amburadul maka tidak akan bisa menjadi institusi yang unggul. Jadi, meskipun semua guru di sekolah tersebut bergelar  Doktor misalnya tapi bila manajemen sekolahnya amburadul maka sekolah tetap akan mengalami kesulitan untuk menjadi sekolah yang bermutu.

Pihak yang berada dalam context system seharusnya menjadi pintu masuk inovasi dan perubahan menuju kemajuan dalam institusi. Karena mereka adalah pemangku kebijakan institusi. Bukan menjadi penghalang inovasi apalagi pembunuh inovasi yang kadang disuarakan oleh pihak yang berada di content system.

Hubungan context dan content ini menurut Munif Chatib secara struktur organisasi merupakan bagian atas-bawah. Tetapi, secara fungsional keduanya harus bersinergi sehingga kewenangan dan tanggung jawab keduanya perlu dirumuskan dengan jelas.

Masing-masing pihak perlu menjaga dan menghormati kewenangan serta keputusan bersama yang sudah disepakati.

Jadi, kira-kira setelah membaca tulisan ini  bisakah kita membaca dan berefleksi terkait kondisi eksisting context system dan content system sekolah kita? Semoga menginspirasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun