Disaat cinta tercipta
Semestinya aku merasa
Dikala hasrat mendalam
Semestinya aku berbalas
Dari hati kini ku sadari
Tak semestinya aku berkasih
Jika hati tak dapat berbagi
Baiknya rasa itu tersimpan dalam
Semestinya aku mencinta
Seharusnya aku menyayang
Oh maafkan jika semua ini yang ku berikan untukmu (Ingkar by BCL)
“Nad, hpmu bunyi tuh sepertinya ada telpon.” seru Chandra dari pelataran kampus.
“Oalah, jadi yang dari tadi berisik itu hp aku ternyata”. Maaf yah Chand aku gagal fokus. Aku lagi peregangan soalnya”, sahutku sambil ketawa nyengir. Dasar aku mah sering lupa sama rington sendiri.
Ohh… dari kak Ima toh, gumamku dalam hati. Oke… mari kita angkat!
“Halo, Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam, Taraa….. Smoga makin berkah mama Dia, sehat dan sukses selalu. Pokoknya semua doa terbaik untukmu. Gak berasa sudah 30 aja yah! Mama Nadia sudah tua. Kapan nikahnya?” cerocos kak Ima dari seberang telpon.
Seperti biasa, kak Ima ngomong tanpa spasi. Kak Ima adalah kakak pertamaku dan paling sering menelpon diantara saudara yang lainnya. Kak Ima menikah 5 tahun lalu dan sekarang sudah memiliki Chica cantik yang berumur 2 tahun. Chica memang memanggilku mama Dia, sekarang kakak juga ikutan manggil aku mama Dia.
“Ahh… kakak. Tuh kan, bahas nikah lagi. Masih pagi juga. Bahas yang lain napa! Btw, makasih ucapannya kakak. Doa yang sama untuk kakak.” Sekedar basa basi. Ternyata hari ini aku ulang tahun, sampai lupa saking lamanya gak merayakan ulang tahun. Alhamdulillah, kak Ima ingat.
Senang sih diucapin selamat ulang tahun tapi rada kesal juga kalo bahas nikah mulu. Selama ini keluarga kami memang gak pernah merayakan ulang tahun apalagi semasa hidupnya Bapak. Gak ada tuh acara ulang tahun. Kata Bapak, sebagai seorang muslim kita gak perlu mengikuti budaya asing yang notabenenya bukan islam.