Mohon tunggu...
Nurmalasari
Nurmalasari Mohon Tunggu... Konsultan - Public Health Specialist

Passionate in Youth4Health & Mental Health | SDGs, Social Network, & Indigenous Enthusiasts

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bonek Saja! Tuhan Maha Romantis Kok

26 Juni 2016   18:11 Diperbarui: 26 Juni 2016   18:38 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bonek saja wes, hasilnya diserahkan kepada Yang Maha Kuasa

***

Mungkin jiwa BONEK ini barangkali harus selalu ditanamkan ke dalam hati sanubari kita bahkan dalam relung dan nafas kehidupan kita. Begitu juga denganku. Bahkan temenku sampai menjulukiku "Wonder Woman". Hahahahaha tidak tahu kenapa mereka menyebutku seperti itu, mungkin karena aku terlalu sering BONEK kali ya, sebut saja:

Pertama, Manjat pagar kos. Lagi-lagi karena gerbang kos sudah dikunci sama pemilik kos, padahal sudah ijin karena ada kegiatan penting seperti UKM, Kampus, ngerjakan KTI, dll. Sementara tidak ada tumpangan untuk menginap pada malam itu, mau menginap di masjid sungkan banget, jadinya tanpa babibu cukup bismillah, langsung manjat pagar.

Kedua, Jam 12-2 malam seorang diri, jalan kaki dari kampus ke kos. Pokoknya kegiatanku baik dan tujuanku baik, yakin Allah akan melindungiku.

Ketiga, Jam 2 malam, seorang diri lagi, berangkat dari rumah di "bawah gunung semeru" ke Surabaya naik bis ekonomi untuk ngurusi beasiswa buat kuliah. Nekaaat wae waktu itu, gak mikir nanti kesasar atau gak, karena pertama kali ke Surabaya.

Keempat, Semasa SMA jam 7 malam, seorang diri, nungguin bis terakhir di halte bis, antara dapat dan tidak, tapi tetep menunggu, padahal halte di situ sepi banget kala malam, toko yang biasa buka, juga udah tutup.

Dan lainnya masih banyak lagi.

Sebagai catatan: jangan ditiru yang jelek-jelek ya hehehehehehe

***

Dan BONEK satu lagi yang tak lakuin adalah mengirim essay tentang "zero accident". Iya, K3 banget. 180 derajat berbanding terbalik dengan apa yang aku sukai, yakni "kesehatan reproduksi".

Saat itu, sahabatku di PPNS mengajakku untuk ikut kompetisi penulisan artikel ilmiah tentang "zero accident" topiknya. Sungguh, gak ada ketertarikan saat itu bukan gak ada ketertarikan untuk mengikuti kompetisinya, tapi karena topiknya K3 banget, gak ada bayangan mau nulis apa. Namun, temenku ngotot mengajakku untuk ikut, katanya "Jika kamu gak melu, aku yow gak melu wes"

 Lho-lho kok jadi mengancam gini hahahahahhaa, pikirku.

Akhirnya, tak putuskan untuk ikut. Gratis juga. Tak pikir gara-gara gratis, kalah atau menang gak ada ruginya. Browsing-browsing deh, nyari-nyari pemberitaan sana sini sama teori tentang "zero accident". Ternyata semakin dipelajari, menarik juga, pikirku.

Akupun memberanikan diri minta ke panitianya artikel ilmiah yang tahun kemarin dapat juara, nekat wae, mungkin aja boleh. Gak disangka-sangka, akhirnya dikasih sama panitianya, padahal sebenarnya itu dokumen rahasia katanya.

 #dokumen rahasia tapi kok aku dikasih? hahahahahha 

Dan ini merupakan salah satu strategi yang diajarkan oleh temanku yang udah punya jam terbang tinggi di bidang tulis menulis bahwa sebelum menulis alangkah baiknya tahu bagaimana kriteria tulisan yang dapat juara. Tak ada salahnya aku pun mencobanya. Artikel para juara pun ku dapat, ku baca dengan seksama, wah ternyata memang bagus-bagus ya. Tapi, satu yang aku tangkap disitu, sebagian besar artikel itu mengangkat program pemerintah atau program perusahaan lain sebagai studi kasus untuk gagasannya. Intinya optimalisasi program yang sudah ada. Akhirnya searching lagi, searching terus akhirnya nemu topik yang menarik, yakni program pemerintah untuk menciptakan "zero accident" dengan slogan "Saya Pilih Selamat". Simple banget. Cuma 3 kata. Tapi ketika ku baca filosofinya wow amazing banget arti tiga kata itu.

***

Tak dinamakan syaitan jika tak mengganggu manusia.

Sudah menggebu-gebu seperti itu untuk menulis, ada saja yang mengedownkan semangat. Tiba-tiba temenku yang lain nyeletuk "Sudah seharusnya fokus kepada peminatan yang ingin dituju nanti, jok kabeh dipangan, murko jenenge".

Benar juga sih, mungkin sudah seharusnya aku fokus di satu bidang saja, karena selama ini aku selalu ikut berbagai macam perlombaan dengan berbagai bidang mulai pendidikan, gizi, PKIP, kependudukan, ekonomi, dll tak ikuti semua, karena bagiku kesempatan itu hal langka.

 Masak salah sih? Masak murka sih?

Tapi, ternyata persepsiku itu salah. Bukan karena kesempatan yang langka sehingga semua lomba harus diikuti, tapi karena kita nantinya masih bergelar S.KM (Sarjana Kesehatan Masyarakat) bukan Sarjana Gizi, Sarjana Kesehatan Lingkungan, dll, karena itu tidak ada salahnya kan mengikuti semua lomba, dengan begitu wawasan sama pengetahuan kita akan terus terupgrade sebagai bekal menjadi S.KM nanti, masih satu bendera FKM kan?

Selain itu juga, pikirku, bukannya menulis itu bisa dengan topik apa saja kan? Gak ada batasan bidang, selagi yang kita tulis itu hal yang baik bukan tentang SARA, dll, it's okey menurutku.

#nambah ilmu, #nambah skill menulis why not gitu lho buat menulis atau ikut kompetisi menulis? Tanpa itu, mungkin aku hanya belajar materi kuliah saja.

***

Aku pun tetap pede bikin artikel ilmiah pertamaku dan pertama kalinya menulis tentang K3. Kemudian mendekati hari H pengumpulan karya, aku ternyata belum bikin apa-apa. Tertarik saja ternyata tidak cukup, harus bisa melihat benang merahnya antar berbagai masalah. Pusiiing banget. Sampai akhirnya ku bawa ke kampus dan ku kerjakan di dekanat, barangkali dapat wangsit di situ. Bukannya dapat wangsit, tapi malah tambah budrek, dekanat ramai banget dan banyak kucing-kucing berkeliaran, #phobia kucing itu loh yang bikin gak enak banget. 

Tapi, deadline pengumpulan semakin mencekikku rasanya. Selain itu, deadline untuk segera pulkam semakin mengiming-imingi. Wes kangen sama rumah dan waktu sudah semakin siang menjelang sore, bisa-bisa sampai Lumajang jam 12 malam aku, sopo sing jemput? Rumah "di bawah gunung semeru" lho hahahahhaha.

Akhirnya berusaha memeras otak. Looooh tiba-tiba cliiiiing banget. Kata-kata "The Power of Kepepet" benar-benar manjur rupanya.

 

***

Dengan bergantinya orang yang duduk di pinggirku, lalu lalang mahasiswa di situ, begitu juga dengan tulisanku, baris demi baris terisi dan akhirnya jadilah artikel ilmiahku. Lega banget awalnya. Tapiiiii, terlalu bloon atau apa namanya, lupa gak baca aturan main terlebih dahulu bahwa tulisan tidak boleh lebih .... karakter. *lupa berapa*

Memang, kalau sudah menulis, cling cling juga, lupa daratan akhirnya, ada beberapa lembar yang harus aku delete untuk memenuhi aturan main tersebut. Duuuuh uangel banget lek kudu motong tulisan. Akhirnya, buat refresh akupun minta dikirimi tulisannya temenku dan wow tulisannya ilmiah banget dan K3 banget. 

Tapi, aku harus tetap percaya diri dan gak boleh minder, kenapa? Tulisan kita juga punya nyawa, ketika kita dengan tulus hati mengerjakannya, menghargainya, mengapresiasinya, insyaallah tulisan itu akan menghargai kita.

Dengan candaan bareng-bareng sahabat IKMB 2010 waktu itu, ada Sheika, ada Pipin Madam Dinta yang juga mengerjakan abstrak untuk disubmit di Konferensi Internasional sepertinya, akhirnya artikelku bener-bener jadi dan tersubmit ke panitia.

Hanya kata "Bismillah, semoga mendapatkan hasil terbaik" serta doa dari sahabat-sahabatku yang di dekanat waktu itu aku semakin pede untuk mengirimkan karyaku. Iya yang penting sudah membaca sana sini, topik ini topik itu, aku akan sangat bangga dengan tulisanku apapun hasilnya nanti.

Akupun pulang dengan perasaan lega banget. Bisa tidur di bis dengan tenang hahahhaha. Untung saja gak kesasar, gak kebawa Bis sampai Malang.

 

*** 

2 minggu setelah itu sembari magang di Puskesmas Pasirian kala itu, aku memejamkan mataku untuk melihat pengumuman.

Tak disangka bondo nekat buat menulis tentang K3, tentang "Zero Accident", yang gak tahu apa-apa sebelumnya, hanya bermodal kesenangan menulis dan modal baca, takdir berbicara lain.

Tuhan memang Maha Romantis kok, yang penting usaha-usaha dan doa, keajaiban pun datang. Karyaku diterima, mendapatkan Juara 2 Kategori Artikel Ilmiah, dan amazingnya di antara karya yang diterima itu semuanya adalah anak K3 murni yang mengirim, hanya aku yang dari Kesehatan Masyarakat.

Iya, dosen-dosen pembimbing karya tulisku selalu bilang, kita harus kuat di Kesehatan Masyarakatnya, ketika aku merengek bahwa yang ikut banyak anak tekniknya, babibu pokoknya, dosenku selalu bilang, keunikan yang kita miliki "kesehatan masyarakat" harus kita tonjolkan, buat dunia tahu bagaimana kesehatan masyarakat itu.

Ternyata membuahkan hasil.

***

Keromantisan Tuhan tak berhenti sampai di situ.

Waktu itu, aku mendapat kabar bahwa aku dengan sahabatku FEB harus berangkat sebagai finalis LKTI BIDIKMISI ke Padang. Ibuku berkata, "Nduk, oleh duwik teko endi kanggo budhal". 

Nekat wes, minta bantuan ke Direktur Kemahasiswaan UNAIR, ke Dekanat FKM. Terkumpullah dana untuk berangkat, tetapi pas-pasan banget buat dua orang.

Dan gak disangka-disangka, aku mendapat telepon dari panitia Safety Competition-nya bahwa aku disuruh datang di Puncak Acara Bulan K3 di ITS untuk menerima penghargaan. Karena waktu itu aku ada praktikum dan gak memungkinkan izin, lagipula nanti pasti sekedar mengambil sertifikat saja bisa tak ambil di rumah panitia pikirku, aku pun izin gak bisa datang, panitia pun sangat memaklumi meski terdengar nada kecewa di seberang sana, tapi dengan nada yang ramah dan senyuman yang hangat, panitianya bilang "Gpp dhek, mbak bawakan saja nanti sertifikatnya, bisa diambil kosnya mbak"

Seneng banget. Soalnya saat itu juga gak terlalu mikir itu, tapi mikir persiapan berangkat ke Padang karena uangnya masih kurang.

Sekali lagi kuteriakkan Tuhan itu Maha Romantis!!!

Malamnya aku berangkat ke kos panitia, pikirku sekedar mengambil sertifikat, yang bagiku itu lebih dari apapun, tercantum namaku sebagai juara, sangat berharga banget. Tapi, tiba-tiba ketika aku tanda tangan aku baca beberapa kata disitu, mataku terbelalak ketika ada nominal uang tertentu. Dengan lugu akupun bertanya, "Mbak tanda tangan disini juga tah?"

Kata panitianya, "Iya dek, buat bukti kalau kamu sudah mengambil hadiahnya"

Lho, hadiah opo pek, lomba e wes gratis, iki yow wes oleh sertifikat. Sugih men acara e iki. Pikirku.

Ternyata pas ku buka di kos, alhamdulillah banget ada uang pembinaan yang jumlahnya bagiku banyak banget waktu itu untuk ukuran lomba yang gratis seperti ini.

Aku pun segera memberitahu sahabatku bahwa aku dan dia bisa berangkat ke Padang dan memberitahu ibuku bahwa aku bisa berangkat dengan sahabatku soalnya ada rezeki dari Allah.

 

***

Tak disangka-sangka, Tuhan tahu apa yang memang kita butuhkan, BUKAN YANG SEKEDAR KITA INGINKAN.

Keromantisan Tuhan selalu datang kepada kita. Cukup bondo nekat ketika kita merasa kondisi kita tak mendukung, tapi yang perlu diingat adalah usaha-usaha-usaha dan berdoa. Usaha tersebut dibarengi niat yang baik, mau belajar dengan baik, dan berdoa terlebih ketika kita meminta doa restu kepada ibu kita, keajaiban insyaallah akan datang, aku sudah mengalaminya berbagai macam kali. Kenapa? Karena doa ibu itu tanpa penghalang.

 

*** 

Menulislah dan terus menulis ketika kemampuanmu untuk merubah dunia bisa dengan menulis. 

Menulislah, karena takdir kita pun ditulis oleh Tuhan.

Menulislah, dengan begitu kita semakin banyak membaca, banyak belajar hal baru.

Dengan modal nekat, melakukan yang terbaik, kemudian berdoa, yakinlah Tuhan akan Romantis kepada kita.

 

***

Iya, karena memang Tuhan Maha Romantis. Jadi, boneklah!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun