Mohon tunggu...
Nurmala
Nurmala Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Saya menyukai hal yang berkaitan dengan pendidikan dan masyarakat, karena menurut saya mempelajari ilmu tersebut menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Dramaturgi Menurut Erving Goffman

10 Oktober 2022   22:28 Diperbarui: 17 Oktober 2022   22:15 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Salah satu tokoh sosiolog yaitu Erving Goffman yang lahir di Alberta Canada, pada tanggal 11 Juni tahun 1922, kemudian beliau meraih gelar S1 di Universitas Toronto dan kemudian memperoleh gelar Doktor di Universitas Chicago, beliau juga memiliki korelasi dengan kajian dari para aktor antropologi, yang pada akhirnya dikenal sebagai aktor etnometodologi. 

Dalam pemikiran karya besarnya yang berjudul The Presentation of Self in Everyday Life pada tahun 1959 yang dimana isi penjelasannya mengenai konsep besar dramaturgi, setelah itu beliau wafat pada tanggal 19 November 1982 dan pada waktu itu beliau sedang berada diposisi masa kejayaan menjadi aktor sosiologi dan sebagai profesor pada jurusan sosiologi di Universitas California Berkeley, serta menjadi Ketua Liga Ivy Universitas Pennsylvania.

Menurut Erving Goffman dapat di higlight bahwa masalah-masalah yang terjadi karena adanya korelasi dengan interaksi antara manusia yang berhubungan juga dengan simbol-simbol dan interpretasi, yang mana kontribusi antara The Self dan The Other memiliki kapasitas sejajar dalam situasi interaksi. 

Pada penjelasan  Interaksionisme Simbolik menurut Erving Goffman selalu mengarah pada konsep-konsep Impression Management, Role Distance, dan Secondary Adjustment, dalam ketiga konsep tersebut bertopang pada konsep dan peranan The Self dan The Other, beliau juga mengatakan bahwa masalah Face-to-Face Interaction merupakan suatu interaksi atau keterkaitan tatap muka yang dijadikan sebagai dasar pendekatan mikrososiologi dalam menganalisis gejala-gejala sosiologis di masyarakat.

Terdapat banyak pemikiran tentang Erving Goffman salah satunya yaitu stigma yang merupakan suatu pemikiran yang luar biasa dari beliau, pada tahun 1945 terdapat seorang aktor yang bernama Kenneth Duva Burke yang merupakan seorang aktor teoritis yang berasal dari Amerika dan juga sebagai filosof, dan kemudian menghadirkan konsep dramatisme untuk memahami kaidah untuk mendalami fungsi sosial dari bahasa dan drama sebagai pentas simbolik kata dan kehidupan sosialnya. 

Kemudian menurut Burke tujuan dramatisme adalah membagikan penggambaran secara logis untuk mendalami motif tindakan manusia, oleh karena itu dapat disimpulkan bahasa merupakan tindakan simbolik dibandingkan pengetahuan, maka Burke mengatakan pula bahwa hidup itu bukan drama, tetapi hidup itu sendiri drama.

Pada bukunya yang berjudul The Presentation of Self in Everyday Life membahas lebih dalam tentang Interaksionisme Simbolik yang menjelaskan kajian secara mendalam mengenai dramaturgi. Istilah dramaturgi ini memiliki keterkaitan dengan teater atau pertunjukan fisik, yang dimana seorang aktor dapat bermain dengan peran aktor lain, yang pada akhirnya penonton dapat mengerti gambaran kehidupan dan dapat mengikuti alur cerita dari aktor tersebut dalam sebuah pertunjukan drama. 

Adapun konsep dari dramaturgi yaitu adanya pemain (aktor) dan naskah, yang kemudian terciptanya panggung yang mana terbagi menjadi dua yaitu back stage dan front stage (impression management), berikutnya terdapat setting dan front personal, selanjutnya tercipta penampilan dan gaya yang kemudian dilihat oleh penonton dan itulah disebut dengan role distance. Mengenai penjelasan lebih lanjut, front stage atau panggung depan merupakan komponen yang diperlihatkan sebagai suatu pertunjukan bagi penonton.

Adapun dalam front stage ini terbagi menjadi dua yaitu: 

1. Setting 

Merupakan penglihatan fisik yang diharapkan ada saat aktor ingin bermain peran, seperti contoh: seorang ayah jika berada dirumah bermain bersama anaknya berpenampilan menggunakan pakaian sehari-hari dirumah seperti kaos, tetapi jika bekerja dikantor maka ayah menggunakan kemeja atau jas, dan ini sudah di setting aktor tersebut untuk bermain peran, dan orang yang melihat juga akan berbeda.

2. Front Personal 

Adalah jenis perlengkapan yang digunakan menjadi pembahasa aktor dalam pertunjukan, seperti contoh: memainkan teater seorang guru di panggung depan diharapkan dapat mencerminkan diri sebagai seorang guru, mulai dari tata cara berpakaian, berbahasa dan lainnya itu semua diatur dalam diri individu, berbeda dengan tampilan dibelakang panggung yang bersifat menjadi diri sendiri.

Dalam panggung depan ini mencakup terdapat setting,  front personal, dan expression equitment yaitu peralatan untuk mengekspresikan diri seperti contoh: supaya terlihat keren maka menggunakan aksesoris seperti kacamata dan topi, expression equitment terbagi menjadi dua yaitu ada appearance (penampilan) dan manner (gaya atau perilaku).

Selanjutnya back stage atau panggung belakang merupakan tempat untuk tokoh mempersiapkan diri di panggung depan, dalam panggung belakang ini aktor juga dapat melakukan aksinya secara sembunyi, dan dapat terlihat pula karakter asli dari seorang aktor tersebut, dengan contoh sebagai berikut: seorang aktor memiliki karakter jaga image, tidak mau terlihat jelek di depan orang lain, untuk itu seperti hal-hal yang memalukan seperti mengupil atau buang gas dalam tubuh, maka hal tersebut tidak akan dilakukan didepan panggung, tetapi dilakukannya saat dirinya sendiri berada di belakang panggung, jadi dapat disimpulkan bahwa pada panggung depan disini terdapat adanya pencitraan, seperti contoh: ketika seorang aktor ingin terlihat pintar didepan teman-temannya, maka aktor tersebut akan memikirkan hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan supaya dirinya dianggap pintar dan cerdas oleh teman-temannya, dan memikirkan apresiasi yang orang lain berikan terhadap dirinya.

Kemudian impression management ini dapat dilakukan secara spontan maupun tidak spontan, contoh dari impression management ketika berada didekat pasangan, kita bersikap baik dan religius, dengan selalu mengingatkan ibadah kepada pasangan kita, yang memiliki tujuan untuk mendapatkan citra positif dari pasangan dan bisa menaklukan perasaan serta membuatnya jatuh cinta dengan kita, dan disini terjadilah panggung depan dan panggung belakang, yang dimana panggung belakangnya ini belum tentu individu tersebut rajin beribadah, oleh karena itu timbulnya pencitraan dan pencitraan ini terbagi menjadi dua yaitu: pertama pencitraan bernilai negatif seperti ingin membuat orang lain takut, maka diri individu tersebut akan membuat perilaku dan penampilan yang membuatnya terkesan menakutkan bagi orang lain dengan cara, misal membuat tato, berbicara dengan nada tinggi, cara pandang yang sinis dan lainnya.

Setiap dramaturgi terciptanya tindakan sosial atau motif, yang dimana memberikan penjelasan mengenai tujuan yang ingin diraih dalam pencitraan tersebut. Menurut Erving Goffman kita sebagai manusia mau berada di lingkungan manapun pasti akan mengalami dramaturgi, dan karena itu juga setiap motif dari aktor itu berbeda-beda memiliki ciri khas masing-masing, seperti contoh: seorang individu ingin meniru blackpink, tetapi dapat dipastikan bahwa individu tersebut tidak dapat meniru karakter tersebut sama persis dengan karakter aslinya, karena adanya proses imitasi terhadap orang lain atau disebut dengan breaking character.

Motif ini juga bisa menjadi boomerang bagi kita, jika momentum kondisi dan situasi tidak tepat, seperti contoh: ketika seorang individu ingin di anggap humoris, tetapi karena pada saat itu ada salah satu anggota keluarga yang meninggal, oleh karena itu pada awalnya citra individu tersebut ingin terlihat humoris tetapi pada akhirnya tidak tercipta motif tersebut, karena momentumnya tidak tepat, maka dengan begitu kita bisa merubah citra diri kita misal dengan peduli, supaya teman kita juga meanggap bahwa kita peduli dengan dia. Berikut contoh lainnya yaitu ketika seorang guru bernampilan seperti anak punk, maka disini terjadi adanya kekeliruan, sehingga tercipta kurang maksimal dan tidak dapat diraih motif tersebut.

Contoh lain seperti mahasiswa, dipanggung depan memainkan peran menjadi mahasiswa yang aktif berorganisasi, pergi nongkrong bersama teman-teman, belajar bareng di kampus, dan hal-hal lainnya, tetapi jika berada dibelakang panggung bisa saja mahasiswa itu bekerja untuk membayar uang kuliahnya, untuk ditabung membeli barang-barang yang harganya mahal, tujuan dari itu semua yaitu untuk membentuk konsep diri atau konsep Idealization. Dalam konsep "Idealization" dalam pandangan Goffman yang menyatakan "Perhaps the most important piece of sign equipment associated with social class consists of the status symbol through which material wealth is expressed" yang memiliki makna bahwa kelompok masyarakat memiliki idealisasi adanya simbol status, yang dimana simbol status ini akan sangat berpengaruh terhadap penilaian individu dilingkungan masyarakat untuk dihargai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun